Jakarta, CNN Indonesia -- Asosiasi Fintech Indonesia (Aftech) menjelaskan bahwa munculnya layanan peminjaman uang
online jenis
peer to peer berawal dari rendahnya penetrasi kartu kredit di Indonesia.
"Layanan
peer to peer lending cash loan mengisi kesenjangan kebutuhan pembiayaan di Indonesia dan membuka akses bagi mereka yang tidak unbanked, namun layak kredit," ujar Direktur Aftech, Aji Satria Sulaeman saat ditemui di kawasan Jakarta Selatan pada Kamis (30/8).
Aji memaparkan, berdasarkan data yang dihimpun dari 18 penyedia layanan kartu kredit, hanya terdapat sekitar sembilan juta unique holder dari kartu kredit di seluruh Indonesia. Jumlah ini hanya mencapai hampir enam persen dari seluruh penduduk berusia dewasa di Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi penetrasinya masih rendah sekali, tidak sampai enam persen. Jadi masih ada lebih dari 90 persen penduduk dewasa yang mungkin membutuhkan fasilitas tersebut, tapi tidak punya," kata Aji.
Berdasarkan tren tersebut, layanan
peer to peer lending cash loan hadir dengan tujuan mempertemukan pihak-pihak pemberi pinjaman dengan pihak-pihak yang memerlukan pinjaman. Tidak hanya itu saja, Aftech juga menyebut platform
fintech lending menawarkan sejumlah
added value dalam layanannya.
Added value yang dimaksud antara lain kemudahan dan kecepatan bagi para peminjam dan kemudahan dalam hal penagihan bagi para pemberi pinjaman karena platform
fintech yang bertanggung jawab untuk melakukan penagihan.
Ketua Bidang Pinjaman
Cash Loan Aftech, Sunu Widyatmoko mengatakan penyedia layanan
fintech juga berfungsi untuk mempertemukan pemberi pinjaman dengan 'selera risiko' tertentu dengan penerima pinjaman yang tepat.
"Misalnya ada pihak yang mau memberi pinjaman uang untuk karyawan saja, atau ada pihak lain lagi yang mau memberi pinjaman untuk usaha mikro saja, itu namanya risk appetite, selera risiko.
Nah, melalui platform, dia bisa memilih target pinjaman yang ingin dia berikan sesuai dengan selera risiko investasi dia," jelas Sunu.
(age)