Jakarta, CNN Indonesia -- Perusahaan
ride-hailing Grab meluncurkan fitur 'anti-tuyul' untuk meminimalisir para pelaku dan tindak order fiktif atau yang sering disebut 'opik'.
Managing Director Grab Indonesia Ridzki Kramadibrata mengungkapkan bahwa fitur ini bakal membasmi para pelaku opik dari ekosistem Grab, sehingga para mitra pengemudi dan pelanggan tidak terganggu dengan keberadaan mereka.
"Opik dan para pelakunya adalah musuh utama, dan Grab melakukan tindakan tegas. Kita sudah ada fitur anti-tuyul, jadi bukan hanya report dari pada mitra pengemudi [...] tapi kita juga punya fitur yang [memungkinkan] kita
block langsung tuyul-tuyul ini," kata Ridzki di acara jumpa pers di bilangan Jakarta Utara pada Kamis (13/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tindakan order fiktif ini merupakan hal yang dilakukan oleh mitra pengemudi, yakni saat mereka menggunakan aplikasi GPS palsu (fake GPS) untuk membuat dan mendapatkan order dengan curang. Orang-orang yang melakukan tindakan opik sering disebut 'tuyul' di kalangan para mitra pengemudi daring.
Ridzki menjelaskan, Grab sudah meluncurkan fitur anti-tuyul di aplikasi Grab milik mitra pengemudi pada awal Agustus lalu. Jika pengemudi memperbarui aplikasi Grab-nya ke versi terbaru, fitur ini akan aktif secara otomatis.
Dengan fitur anti-tuyul, mitra pengemudi yang memiliki aplikasi GPS palsu harus terlebih dahulu menghapus semua aplikasi tersebut dari ponselnya, barulah ia dapat masuk ke akun Grab miliknya.
"Peluncuran fitur Anti Tuyul ini menegaskan komitmen Grab untuk memastikan bahwa mereka [mitra pengemudi] mendapatkan penghasilan yang adil dan menyediakan
platform transportasi teraman bagi para pengguna termasuk mitra pengemudi," ujar Ridzki.
Di samping itu, untuk mencegah tindak kecurangan lainnya seperti penggunaan akun mitra pengemudi Grab oleh orang lain, Grab juga telah meluncurkan fitur login dengan menggunakan verifikasi wajah melalui swafoto (selfie).
Setiap mitra pengemudi yang ingin melakukan login ke akun Grab-nya harus terlebih dahulu memverifikasi identitasnya dengan melakukan swafoto, untuk memastikan bahwa akun tidak digunakan oleh orang lain.
"Apabila tidak dapat dilakukan verifikasi wajahnya, artinya orang yang menggunakan akun adalah orang yang berbeda, dia tidak bisa menerima order," jelas Ridzki.
(evn)