Malas Verifikasi Berita Jadi Penyebab Penyebaran Hoaks

Tim | CNN Indonesia
Rabu, 17 Okt 2018 12:28 WIB
Salah satu penyebab maraknya penyebaran berita hoaks karena masyarakat malas melakukan verifikasi berita.
Ilustrasi, (Foto: ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha)
Jakarta, CNN Indonesia -- Salah satu penyebab maraknya penyebaran berita hoaks karena malasnya masyarakat melakukan verifikasi berita.

Presidium Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) Anita Wahid mengatakan malasnya verifikasi dan ditambah dengan fenomena Echo Chamber. Fenomena ini adalah pengguna media sosial berada di lingkungan pertemanan yang berpikiran serupa.

Akibat dari fenomena tersebut yakni ketika ada berita hoaks, seseorang bisa langsung mempercayainya. Pasalnya, mereka sudah menerima validasi berita hoaks dari teman dengan pemikiran serupa.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Karena apa pun yang mereka omongkan terkait berita fakta, memberi data, akan ada penolakan dari kelompok karena terlanjur mempercayai berita hoaks sebagai fakta," kata Anita di Kantor Kementerian Komunikasi dan Informatika, Selasa (16/10).

Algoritme media sosial juga telah mengatur agar pengguna media sosial berada dalam satu ruangan yang relevan dengan orientasi pengguna. Media sosial menjadi tempat yang nyaman karena algoritme mengatur konten yang pengguna sukai.

Sehingga membuat pengguna seolah memakai kacamata kuda dan menolak konten yang tidak disukai. Pengguna hanya membaca dan menerima konten yang ia sukai.

"Sebenarnya simpelnya adalah semua orang hidup dalam kepompongnya sendiri atau bubble atau chamber-nya. Selama memang dia tidak suka mengecek berita mau netral dalam mengecek berita, memang akan terjebak dalam jebakan dalam namanya Echo Chamber," kata ujar Anita.

Presidium Mafindo lainnya, Harry Sufehmi mengakui belum ada teknologi yang bisa secara efektif menghilangkan hoaks dari muka bumi.

"Sayangnya bahkan MIT Amerika belum mampu buat teknologi anti-hoaks. Hoaks ini adalah masalah sosial sulit dipecahkan lewat teknologi," tutur Harry.

Harry mengatakan berdasarkan riset di Amerika Serikat, seseorang bisa berperan besar dalam menangkal berita hoaks di grup media sosial seperti di Whatsapp atau Facebook Messenger.

"Ada satu riset di Amerika Serikat. Di suatu kumpulan banyak hoaks di grup media sosial tidak butuh banyak usaha untuk basmi hoaks. Hanya butuh satu atau dua orang saja ya rajin mengidentifikasi berita hoaks di grup. Nanti bersih grupnya," tutur Harry. (jnp/age)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER