Jakarta, CNN Indonesia -- Chief Enterprise & SME Officer
XL Axiata, Kirill Mankovksi menilai ada satu kesulitan yang masih menghambat
IoT berkembang di Indonesia yaitu masih lamanya proses memasarkan produk prototipe untuk komersil.
"Mungkin
time to market. Ada banyak ide solusi IoT tapi perlu waktu lama untuk meluncurkan produk komersial," ujarnya.
Di sisi lain,
Telkomsel menilai pemerintah perlu memberikan insentif pajak pada industri agar bisa memproduksi komponen IoT di Tanah Air. Jika industri dalam negeri tak perlu impor, maka Alfian menilai hal itu akan menyelamatkan devisa negara juga.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Misalnya modul
chipset itu impornya kalau bisa dihilangkan karena itu kan semacam
raw material. Pada saat diproduksi dikenakan PPh itu kan menjadi
value added. Kalau nanti bisa diekspor itu jadi bisa
value added lagi jadi bagaimana bisa industri dalan negeri itu IoT bisa tumbuh lagi sehingga nggak bergantung pada China," papar Alfian Manullang, saat ditemui di Balai Kartini, Jakarta Selatan, pada Selasa (27/11).
Dia juga mendorong pemerintah untuk membuat regulasi terkait permanen roaming yang saat ini belum diatur. Ketidakhadiran regulasi ini disebut Alfian membuat pemain luar datang seenaknya ke Indonesia dengan menjual layanan konektivitas dengan harga sangat murah melalui
whosale
"Itu yang menyebabkan industri dalam negeri nggak tumbuh. Misalnya implemetasi lampu pintar di Jakarta itu 150 ribu lampu pakai kartu luar negeri semua," terang dia.
Selain itu, pemerintah juga didorongnya untuk mulai mempertimbangkan IoT untuk masuk ke kurikulum sekolah. Menurut Alfian, sumber daya manusia di Indonesia perlu diperkenalkan sedini mungkin dengan teknologi jika tak ingin kalah dari negara lain.
"Kalau bisa kurikulum IoT itu sudah ada di anak sekolahan. Saya dengar di China bahkan tahun depan dari SD udah ada. Jadi indonesia kalau engga, makin tertinggal, jadi konsumer aja," pungkasnya.
(kst/eks)