Jakarta, CNN Indonesia -- Perusahaan riset pasar
IDC memprediksi pelaku bisnis di Indonesia akan merogoh kocek sedalam Rp465 triliun untuk berbelanja di bidang teknologi informasi dan komunikasi (
TIK). Angka ini meningkat dari belanja tahun sebelumnya senilai Rp435 triliun.
Head of Operations IDC Indonesia Mevira Munindra mengungkap belanja tersebut digunakan untuk membeli penyimpanan komputasi awan hingga menyewa konsultan teknologi untuk melakukan transformasi digital.
"Belanja didominasi oleh
hardware spending terutama untuk
enterprise (perusahaan besar). Seperti
cloud storage (penyimpanan awan),
services (jasa) juga banyak, konsultan,
resource (sumber daya)," kata Mevira di acara IDC Indonesia FutureScape di Hotel Shangri-La, Jakarta Selatan, Kamis (31/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut, IDC juga memprediksi angka belanja ICT ini akan naik jadi Rp488 triliun pada 2020. Sedangkan pada 2021 pelaku bisnis akan menghabiskan Rp514 triliun.
Mevira mengatakan jasa penyedia dan pembangunan infrastruktur teknologi diminati oleh pelaku bisnis karena beberapa perusahaan membutuhkan bantuan untuk bertransformasi digital.
Pasalnya, Mevira mengatakan saat ini pihaknya menilai baru 30 persen perusahaan yang fokus digitalisasi.
"Ada 30 persen perusahaan di Indonesia kami klasifikasikan digital
determined (diarahkan oleh digital). Masih ada yang butuh bantuan untuk inovasi karena banyak tantangan yang dirasakan," kata Mevira.
Mevira kemudian mengatakan pada 2019, pelaku bisnis juga akan fokus ke penyimpanan komputasi awan. Mevira mengatakan 80 persen perusahaan di Indonesia mengakui akan mengimplementasi dan berencana untuk menggunakan komputasi awan di bidang industri. Angka ini berasal dari hasil suvei IDC yang dilakukan kepada 100 perusahaan lintas industri di Indonesia.
Selain itu, ia mengatakan dalam lima tahun ke depan setiap perusahaan di Indonesia memiliki urgensi untuk menciptakan aplikasi sendiri yang bisa menopang bisnis mereka. IDC memprediksi dalam waktu lima tahun akan muncul 5 juta aplikasi.
"Sekarang industri
mature seperti perbankan sudah ada tim untuk menciptakan aplikasi sendiri. Dengan alat dan platform baru, lebih banyak pengembang, metode yang adaptif akan banyak aplikasi yang akan bermunculan, tutur Mevira.
(jnp/eks)