Jakarta, CNN Indonesia -- Regulator Penerbangan Eropa menyebut sistem autopilot Boeing 737 Max bermasalah. Sehingga mereka meminta Boeing untuk memperbaiki sistem autopilot di pesawat itu. Sistem autopilot ini disebut gagal dimatikan ketika pada sejumlah peristiwa darurat. Sehingga, pilot tidak punya cukup waktu untuk mencegah jatuhnya pesawat.
Isu ini belum pernah disebutkan sebelumnya, seperti diungkap sumber Bloomberg yang mengetahui masalah ini. EASA masih belum memberikan komentar terkait bocoran informasi tersebut.
Masalah kendali autopilot ini merupakan satu dari lima syarat yang diajukan agar Boeing 737 Max mendapat izin terbang lagi di Eropa. Syarat yang diajukan ini sebagian besar serupa dengan yang disyaratkan juga oleh FAA (Federal Aviation Administration), badan pemerintah AS yang menangani regulasi penerbangan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lima syarat dari European Union Aviation Safety Agency (EASA) ini adalah perbaikan sensor angle of attack, pelatihan bagi pilot, kendali pengambil-alihan secara manual, dan perbaikan perangkat lunak yang menyebabkan kelambatan cip.
EASA sendiri telah mengirim syarat yang mereka ajukan itu kepada FAA dan Boeing. FAA juga belum mengumumkan permintaan apa saja yang diminta EASA pada Max. Dalam pernyataan resminya, FAA menolak mengonfirmasi bocoran informasi EASA ini.
"FAA terus bekerja intensif dengan regulator penerbangan lain untuk mengevaluasi dokumentasi sertifikasi Boeing 737 Max."
Sebelumnya, perbaikan yang disyaratkan FAA diperkirakan akan memakan waktu 3 bulan. Adanya tambahan syarat ini diperkirakan membuat penundaan Boeing 737 Max bakal makin lama, mengutip Endgadget.
Maret lalu, regulator penerbangan di seluruh dunia melakukan pelarangan terbang bagi salah satu pesawat terlaris Boeing. Di Indonesia, Lion adalah pemilik terbanyak Boeing seri Max. Sementara Garuda mengumumkan telah membatalkan pembelian puluhan seri Max mereka kepada Boeing menyusul terjadinya dua kecelakaan Boieng 737 seri Max.
[Gambas:Video CNN] (cnn indonesia/eks)