Epidemiolog Respons Klaster Industri Penularan Corona

CNN Indonesia
Jumat, 04 Sep 2020 20:21 WIB
Epidemiolog Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman menjelaskan pabrik-pabrik di Indonesia yang menjadi tempat penyebaran Covid-19.
Ilustrasi. (Foto: ANTARA FOTO/Fakhri Hermansyah)
Jakarta, CNN Indonesia --

Epidemiolog Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman mengatakan pabrik-pabrik di Indonesia yang menjadi tempat penyebaran Covid-19 tidak bisa dihindari. Hal itu karena pabrik-pabrik yang berskala besar di Indonesia masih membuka operasional di tengah penularan Covid-19 yang masih tinggi.

Menurut Dicky, kondisi itu berbeda dengan pabrik-pabrik di sejumlah negara yang menghentikan aktivitas pabrik untuk menghindari penyebaran virus SARS-CoV-2.

"Di negara lain, bahkan negara tetangga di Asean, kalau yang skala besar seperti pabrik dengan jumlah pegawai ribuan orang, otomatis sudah tutup. Atau melakukan semacam pengaturan sehingga yang bekerja itu betul-betul yang esensial atau banyak menggunakan mesin," kata Dicky saat dihubungi CNNIndonesia.com, Jumat (4/9).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Oleh karena itu, di luar negeri belum ada klaster industri dengan jumlah kasus ratusan hingga ribuan. Yang terjadi di luar negeri itu adalah klaster industri rumah tangga dengan jumlah pegawai yang sedikit.

Contohnya adalah di Italia, saat awal pandemi ada klaster industri rumah tangga pembuat sepatu atau pengrajin kulit.

"Yang mana pegawai dan toko nya dari Wuhan China yang di Italia. Dan itu salah satu yang mengawali jadi klaster," ujar Dicky.

Sementara klaster industri skala kecil yang terjadi di Australia, Eropa hingga AS adalah klaster industri daging. Umumnya klaster-klaster ini terjadi karena industri yang berada dalam ruangan tanpa adanya jaga jarak.

"Kemudian karena fomite, menyentuh permukaan yang sering disentuh bersama. Ini yang membuat potensi penularan tinggi" tutur Dicky.

Dicky juga mengatakan klaster industri ini harus jadi perhatian karena menyebabkan potensi penularan terhadap ribuan pegawai.

Ia mengatakan implementasi protokol kesehatan akan sulit apabila prevalensi (jumlah kasus positif) di masyarakat masih tinggi. Hal ini membuat protokol kesehatan seketat apapun tak akan efektif apabila prevalensi masih tinggi.

"Karena orang yang membawa virus terlalu banyak, situasi bekerja, padat, jadi suit sekali," tutur Dicky.

Penyebab klaster industri terjadi di Indonesia

Dicky menjelaskan klaster industri bisa terjadi di Indonesia karena strategi pengendalian Indonesia yang belum memadai dari sisi testing dan pelacakan. Hal ini membuat masih banyaknya orang-orang yang terjangkit Covid-19 bisa berkeliaran, banyak juga kasus warga positif yang belum terdeteksi.

"Sehingga dengan penerapan protokol pun namanya orang bayak, potensi sangat besar. Apalagi di ruangan indoor, dan padat, kemudian sering berbaur, ini sangat berisiko," kata Dicky.

Dicky kemudian menyarankan agar pemerintah harus belajar dari strategi pengendalian tak efektif yang dilakukan sejak awal pandemi pada enam bulan lalu.

Ia mengatakan sektor ekonomi dan sosial harus dibatasi hingga mencapai kondisi pengendalian pandemi yang relatif terkendali.

"Kalau dalam indikator WHO harus dicapai positive rate minimal 5 persen selama 2 minggu. Baru mulai bertahap dibuka," kata Dicky.

Dalam sepekan lalu, klaster industri mulai menyumbangkan kasus positif dengan masif di Kabupaten Bekasi.

Tiga klaster besar industri menyumbang 407 kasus baru, yakni PT LG Electronic Indonesia, PT Suzuki Indomobil, dan PT Nippon Oilseal Kogyou (NOK) Indonesia. Rinciannya, sebanyak 248 karyawan PT LG Electronic Indonesia, kemudian 71 karyawan PT Suzuki Indomobil, serta 88 karyawan PT NOK Indonesia.

(jnp/mik)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER