China berhasil meluncurkan misi tanpa awak untuk mengambil batuan Bulan dan dibawa kembali ke Bumi untuk diteliti.
Batuan ini akan jadi sampel batuan Bulan lain yang kembali diambil setelah pengambilan pertama 40 tahun lalu oleh NASA, Amerika Serikat (AS).
Peluncuran berhasil dilakukan pada Kamis (24/11) pukul 4:30 waktu setempat di Wenchang Space Center yang ada di selatan provinsi Hainan. Roket Long March-5 meluncur dengan membawa kendaraan antariksa Chang'e-5 seberat 8 ton. Chang'e diambil dari nama Dewi Bulan di China.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Awalnya misi ini akan diluncurkan pada 2017. Namun, terpaksa ditunda karena terjadi kegagalan mesin pada roket Long March 5.
Ini adalah salah satu ambisi misi ruang angkasa China. Sebab, negara itu berencana untuk membuat stasiun ruang angkasa sendiri pada 2022. Sehingga, pemerintah setempat pun mengguyur misi militer ruang angkasa China hingga miliaran triliunan rupiah.
Jika misi ini berhasil, China akan jadi negara ketiga yang berhasil membawa sampel batuan bulan ke Bumi. Sebelumnya AS menjadi yang pertama pada tahun 1960an, disusul Uni Soviet pada 1970an.
Uni Soviet jadi negara pertama yang mendaratkan penjelajah antariksa di Bulan lewat proyek Luna 2 pada 1959.
AS tak mau kalah, mereka menempatkan manusia pertama di Bulan. Selain itu mereka mendaratkan 12 astronaut lewat enam penerbangan dari 1969 hingga 1972. Misi ini berhasil membawa sampel batuan dan tanah Bulan kembali ke Bumi seberat 382 kilogram.
Sementara itu Uni Soviet berhasil mengambil sampel menggunakan robot pada 1970an. Misi terakhir Luna 24 berhasil mengambil 170,1 gram sampel pada 1976 dari Laut Tangisan (Mare Crisium), melansir CNN.
Kendaraan antariksa China akan mengumpulkan dua kilogram (4,5 pon) batuan bulan. Pengambilan sampel akan dilakukan di wilayah yang belum terjelajahi yang dinamakan Lautan Badai (Oceanus Procellarum). Daerah ini merupakan dataran lava yang sangat luas.
Diperkirakan Chang'e-5 akan mendarat di Bulan pada akhir November. Ia akan mengumpulkan material Bulan selama satu hari di Bulan atau setara dengan 14 hari di Bumi.
Sampel itu akan dikirim kembali ke Bumi menggunakan kapsul. Kapsul ini telah diprogram untuk mendarat di utara China sekitar wilayah Mongolia pada awal Desember, seperti dijelaskan NASA.
Batuan yang dibawa kembali ke Bumi akan diteliti untuk mengetahui asal mula Bulan terbentuk. Misi ini sekaligus menguji kemampuan China untuk mengambil sampel luar angkasa yang dikendalikan dari jarak jauh. Misi ini pun menjadi awal dari misi luar angkasa China lain yang lebih sulit.
Menurut Jonathan McDowell, astronom dari Pusat Harvard-Smithsonian Center untuk Astrofisika, AS, misi ini tergoling sulit dan butuh inovasi.
"AS belum pernah melakukan pengambilan sampel dengan robot. Soviet sempat melakukannya secara terbatas dan hanya bisa mendarat di titik tertentu," jelasnya kepada AFP.
"Sistem China akan jadi robot mampu dan sangat fleksibel untuk melakukan pengambilan sampel."
Januari 2019, misi China Chang'e 4 berhasil mendarat di sisi luar atau sisi gelap bulan. Ini adalah misi pendaratan di Bulan kedua China setelah mendaratkan misi rover Yutu pada 2013.
(eks)