Ahli Ungkap Bahaya Satu Kali Suntik Vaksin Covid-19 Pfizer

CNN Indonesia
Jumat, 11 Des 2020 15:03 WIB
Badan Pengawas Obat dan Makanan AS mengungkapkan bahaya satu kali suntik vaksin Covid-19 yang diproduksi oleh Pfizer.
Ilutrasi vaksin covid-19 Pfizer. (AFP/JUSTIN TALLIS)
Jakarta, CNN Indonesia --

Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) mengungkapkan bahaya yang mengintai jika hanya melakukan satu kali suntik vaksin Covid-19 yang diproduksi oleh Pfizer.

Menurut FDA, satu dosis vaksin Pfizer memang menawarkan perlindungan yang besar terhadap virus Covid-19. Namun meski demikian setiap orang dalam studi Pfizer harus menerima dosis kedua 21 hari setelah dosis pertama.

"Ingatlah bahwa vaksin Pfizer membutuhkan dua dosis agar efektif sepenuhnya. Seperti yang dicatat perusahaan bulan lalu, dosis kedua yang diberikan tiga minggu setelah dosis pertama ditemukan 95 persen efektif untuk mencegah Covid-19," dalam dokumen tersebut, dikutip BGR, Jumat (11/12).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Reaksi yang paling umum berupa mudah lelah, atau reaksi pada daerah bekas suntikan.

Reaksi merugikan yang paling sering muncul setelah dosis pertama disuntikkan seperti ruam di area suntikan (84,1 persen), kelelahan (62,9 persen), sakit kepala (55,1 persen), nyeri otot (38,3 persen), menggigil (31,9 persen), nyeri sendi (23,6 persen), demam (14,2 persen).

Efek samping tersebut kemungkinannya kecil terjadi setelah dosis kedua diberikan. Selain itu, umumnya lebih jarang terjadi efek samping pada peserta berusia di atas 55 tahun, kurang dari 2,8 persen, sementara pada kelompok usia lebih muda ditemukan efek samping hingga 4,6 persen.

Dilansir NBC News, FDA sebelumnya mengatakan kandidat vaksin Covid-19 Pfizer menawarkan perlindungan dari virus SARS-CoV-2 lebih tinggi pada suntikan dosis pertama ketimbang dosis kedua.

Merespon hal tersebut, Eksekutif Pfizer William C. Gruber mengatakan kepada The New York Times bahwa efikasi dosis pertama mungkin sekitar 52 persen, dosis kedua, jauh lebih tinggi yakni 95 persen.

Perlu juga dicatat bahwa kemanjuran vaksin tampaknya tidak bervariasi menurut usia, jenis kelamin, atau ras. Mengenai susunan demografis penelitian, 57 persen relawan berusia antara 16 dan 55 tahun. 81,8 persen relawan berkulit putih, 9,8 persen adalah Afrika Amerika, dan 4,4 persen Asia.

(mel/dal)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER