Basran mengklaim sejumlah pihak sudah mulai peduli dengan situs arkeologi yang ada di Indonesia. Dia berharap kepedulian itu terus berlanjut agar situs arkeolog bisa membantu peneliti mengungkap kehidupan prasejarah.
"Saat ini sudah lebih baik dibandingkan beberapa tahun lalu. Sekarang itu beberapa stakeholder sudah mendukung," ujar Basran.
Basran kepedulian itu biasanya muncul ketika peneliti selesai menganalisis tinggalan prasejarah yang ditemukan. Sebelum itu, peneliti sebuah situs yang berusaha untuk menjaga agar tidak rusak atau dirusak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan misalnya, dia berkata sebuah perusahaan tambang merelakan wilayah eksplorasinya karena terdapat situs prasejarah. Serah terima wilayah itu diharapkan dapat membuat situs tetap ada dan diteliti lebih lanjut.
"Jadi paling tidak mereka sudah punya kepedulian walaupun memang masih banyak kasus yang menyebabkan situs arkeologi rusak," ujarnya.
Basran membeberkan vandalisme adalah salah satu penyebab situs arkeologi rusak. Keterbatasan kemampuan pengawasan, kata dia membuat vandalisme ditemukan di sejumlah situs arkeologi.
"Yang susah dikontrol itu vandalisme," ujar Basran.
Terakit dengan Leang Tedongnge, Basran mengaku pihaknya sengaja merahasiakan lokasinya. Sebab, dia khawatir Leang Tedongnge menjadi sasaran vandalisme.
Lebih dari itu, dia berkata pihaknya sedang berusaha untuk menghadirkan juru pelihara di situs arkeolog tersebut.
Lihat juga:Ragam Motif dan Makna Lukisan Gua Zaman Es |