Jakarta, CNN Indonesia --
Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer LAPAN dan BMKG memberi penjelasan penyebab hujan ekstrem yang disebut akan mencapai puncak besok, Jumat (19/2).
menyatakan ada sejumlah hal yang mempengaruhi hujan ekstrem di Jakarta dan sekitarnya.
Menurut Peneliti PSTA LAPAN Erma Yulihastin, perubahan cuaca berupa hujan ekstrem akan terjadi di Jakarta dan sekitarnya akan terjadi sejak 18-20 Februari 2020.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahkan, dia menegaskan puncak cuaca ekstrem itu akan terjadi Jumat (19/2), dini hari.
"Dari hasil prediksi, terutama besok itu extend sampai ke timur, bahkan sampai ke Jawa Tengah pukul 06.00 di pesisir Jateng (Jawa Tengah) kena juga imbasnya. Artinya lagi-lagi tidak biasa, makanya disebut ekstrem," ujar Erma kepada CNNIndonesia.com, Kamis (18/2).
Penyebab hujan ekstrem
BMKG dan LAPAN membeberkan sejumlah faktor penyebab hujan ekstrem yang terjadi di Jakarta dan sekitarnya belakangan.
Cuaca ekstrem ini disebabkan oleh modulasi atau peningkatan signifikan curah hujan yang terjadi secara 'agak mendadak' atau tiba-tiba.
"Sekarang ada peningkatan secara signifikan. Itu yang disebut modulasi curah hujan," tambahnya.
Sementara, beberapa hari sebelum cuaca ekstrem muncul, terdapat fase kering atau hujan masih dalam intensitas ringan hingga sedang.
1. Seruak dingin Laut China Selatan
Peningkatan curah hujan ekstrem ini dipengaruhi oleh penguatan angin dari utara, yakni Laut China Selatan yang dikenal dengan cold surge atau seruak dingin.
Erma menjelaskan cold surge adalah fenomena gelombang angin yang berasal dari Siberia. Dia mengatakan kekuatan angin akibat fenomena itu saat ini tercatat hingga 10 meter per detik di permukaan.
"Untuk mendeteksi kekuatan angin yang berhubungan dengan kejadian cold surge itu ambang batasnya cuma 5 mps. Itu artinya ini ada dua kali lipat, yang menunjukkan kekuatan angin dari utara ini luar biasa," ujarnya.
Erma berkata cold surge berbeda dengan angin Monsun. Sebab, dia berkat kekuatan angin Monsun normal rata-rata hanya 3 mps. Sementara fenomena cold surge diketahui memperkuat Monsun.
"Sehingga ketika cold surge terjadi, Monsun lebih kuat dari biasanya. Angin itu menjadi lebih dahsyat, lebih kuat dan satu lagi lebih lembab. Itu penting, jadi bukan hanya angin saja, tapi dia membawa uap air dari perjalanan dari LCS ke laut Jawa," ujar Erma.
Lebih lanjut, Erma menyampaikan kekuatan angin cold surge menyebabkan hujan turun secara ekstrem di sepanjang pesisir, seperti Jawa bagian barat, khususnya Jakarta hingga Jawa Tengah.
Kemudian, Erma berkata gangguan...
2. Gangguan depresi tropis
Kemudian, Erma berkata gangguan depresi tropis atau kondisi cuaca menunju siklon tropis yang ada di utara Halmahera-Ternate (Samudera Pasifik) juga membuat angin dari fenomena cold surge berbelok ke arah tenggara dan timur. Gangguan depresi tropis, semakin membuat kecepatan angin meningkat dan menjangkau wilayah yang lebih luas.
Selain Jawa, Erma berkata sebagian kecil wilayah Kalimantan dan hampir seluruh pesisir barat Sulawesi akan dilanda cuaca ekstrem seperti yang terjadi di Jakarta dan sekitarnya saat ini.
Khusus mengenai penyebab Sulawesi juga dilanda cuaca ekstrem adalah karena wilayah itu mendapat sumber kelembaban dari banyak tempat, salah satunya depresi tropis.
"Intinya, cuaca ekstrem kali ini disebabkan oleh cold surge, yang berhubungan dengan penguatan angin dari utara dan memperkuat monsun sekitar dua kali lipatnya secara magnitudo angin dari biasanya. Kedua ada depresi tropis," ujar Erma.
"Jadi sebenarnya, si angin dari belahan bumi utara yang mengalir ke wilayah Jawa mengalami dua kali peningkatan atau amplifikasi," ujarnya.
Erma menambahkan suhu permukaan laut LCS yang permulaan laut Jawa yang menghangat juga mempengaruhi sangat tingginya curah hujan. Dia berkata permukaan laut yang mendingin menciptakan tekanan tinggi, sedangkan permukaan laut yang menghangat sebaliknya.
"Jadi ada perbedaan yang sangat signifikan itu membuat aliran angin menuju ke wilayah Jawa itu dengan jauh berlipat-lipat kekuatannya," ujar Erma.
3. Monsun Asia
Terpisah, BMKG menyebut faktor utama yang mempengaruhi hujan lebat di Jakarta adalah monsun Asia yang sedang aktif.
"Ketika monsun Asia aktif, potensi terbentuknya daerah perlambatan angin akibat pertemuan angin dan belokan angin di wilayah Indonesia (terutama di Sumatera, Jawa, Bali, NTT, NTB) sangat besar," kata Nanda.
Nanda berkata semakin kuat dorongan massa udara dari utara (Asia) menuju ekuator maka semakin kuat pula pola konvergensi dan belokan angin yang akan terbentuk. Umumnya, kata dia pada daerah tersebut potensi pembentukan awan akan sangat signifikan.
"Kemudian yang perlu diingat bahwa saat ini fenomena La Nina masih berlangsung sehingga suplai uap air dari Samudera Pasifik bagian timur menuju wilayah Indonesia masih cukup kuat," ujarnya.
Nanda mengatakan semakin banyak jumlah uap air di atmosfer akan meningkatkan potensi pembentukan awan hujan. Sementara itu, di perairan utara Australia dalam beberapa hari terakhir terbentuk daerah perputaran angin akibat adanya daerah tekanan udara yang sangat rendah.
Keberadaan daerah tekanan udara yang sangat rendah itu, kata Nanda menyebabkan suplai massa udara dari utara semakin kuat.
4. Pengaruh kondisi atmosfer lokal
Pengaruh lain adalah kondisi atmosfer skala lokal yang cukup mendukung dalam pembentukan awan hujan.
"Dari mulai kondisi atmosfer yang cukup labil sehingga uap air hasil penguapan dengan sangat mudah akan terangkat dan akhirnya membentuk awan, kecepatan angin di lapisan bawah yang relatif pelan, dan kelembaban atmosfer di Jabodetabek yang sangat tinggi sehingga uap air dengan sangat mudah terkondensasi membentuk awan hujan," ujarnya.
Banjir Jakarta
Lebih dari itu, Nanda mengaku banjir di Jakarta tidak bisa dikaji hanya berdasar aspek hujan saja. Sebab, banjir merupakan dampak dari fenomena cuaca (hujan) dan bukan merupakan bagian dari dinamika cuaca.
Faktor pemicunya, kata dia bisa berbagai hal yang utamanya adalah terkait terhambatnya daerah aliran pembuangan air yang berlebih atau ketidakmampuan lingkungan dalam menyerap air di permukaan bumi.
"Jika kita membahas banjir di Jakarta dari segi hujan maka perlu dilihat sebaran hujan di Jabodetabek. Umumnya jika hujan dengan durasi panjang dan intensitas tinggi terjadi di wilayah Kabupaten atau Kota Bogor dan Jakarta maka potensi banjir akan sangat besar," ujar Nanda.