Merupakan spesies tumbuhan karnifora yang lebih akrab disebut dengan nama tumbuhan kantung semar atau periuk monyet.
Indonesia merupakan salah satu gudang pusat keanekaragaman spesies tumbuhan Nepenthes di dunia, sekitar 75 spesies tumbuhan Nepenthes dari seluruh kepulauan Nusantara yang sebagian besar berada di kawasan Pulau Sumatera.
Penelitian Nepenthes yang menghasilkan jurnal ilmiah baru tersebut merupakan kolaborasi dengan Dee Dee Al Farishy, yang saat itu sebagai mahasiswa biologi Universitas Indonesia, di mana Destario menjadi salah satu pembimbingnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penelitian berlangsung selama enam tahun sejak 2014 untuk memastikan perbandingan data morfologi dilakukan secara cermat dan akurat.
Nama epithet "putai guneung" berasal dari bahasa lokal Kerinci, yaitu "putai" (puteri) dan "guneung" (gunung) yang merujuk dari keanggunan sosok spesies dataran tinggi itu yang menyerupai puteri gunung.
Spesies baru tersebut diduga endemik Pulau Sumatera dan memerlukan perlindungan khusus dari perubahan habitat serta ancaman pengkoleksian tak terkendali. Penelitian ini berkolaborasi pula dengan peneliti dari Inggris dan diterbitkan di jurnal internasional Phytotaxa.
Merupakan anggrek spesies baru berbunga indah dari hutan alami di Papua Barat, penelitiannya merupakan hasil kolaborasi dengan Reza Saputra selakufirst author.
Menurut Destario, Reza adalah staf pengendali ekosistem hutan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Papua Barat, yang juga pernah menjadi mahasiswa biologi Universitas Indonesia yang pernah dibimbingnya.
Meskipun berbunga indah dan berwarna cerah, sayangnya masa mekar bunga anggrek itu tidak bertahan lama, yaitu sekitar 1-2 hari saja, katanya.
Nama epithet "sagin" diambil dari bahasa lokal suku Moi di Papua Barat yang memiliki arti "rambut", yaitu merujuk pada tonjolan khas menyerupai rambut di bagian bibir bunganya. Penelitian ini dipublikasikan di jurnal internasional Phytotaxa.
peneliti pada Pusat Penelitian Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya LIPI lainnya Wisnu Handoyo Ardi mengatakan spesies ini hanya dijumpai di Pulau Selayar, Provinsi Sulawesi Selatan.
Tumbuhan tersebut, menurut Wisnu Handoyo, mudah dikenali dengan batang yang berupa rhizome, daun berbentuk bundar telur melebar dengan tepian daun bergigi hingga bercangap.
Nama spesies baru Begonia tersebut diambil dari Bahasa Yunani, yaitu énoplos (ένοπλος=senjata, bersenjata) dan kámpë (κάμπη=ulat), merujuk pada karakter rhizome dan daun penumpunya dengan rambut yang bercabang-cabang, yang jika diperhatikan seksama akan sangat mirip dengan ulat hijau berduri yang gatal.
Penelitian tersebut dipublikasikan di jurnal internasional Phytotaxa.