Merupakan spesies endemik pulau Sulawesi. Spesies itu hanya dapat ditemukan di wilayah kabupaten Mamasa, Provinsi Sulawesi Barat.
Tumbuhan tersebut adalah salah satu Begonia yang terunik di Sulawesi karena memiliki kombinasi karakter yang jarang ditemukan di Begonia spesies lainnya di Sulawesi, yaitu berperawakan kecil dengan tinggi hanya sekitar 15 cm, daun berbentuk elips dengan warna kecoklatan disertai hijau terang pada permukaan atas daunnya.
Sayangnya keberadaan spesies endemik itu semakin terancam karena habitatnya yang sebagian besar telah dikonversi menjadi perkebunan kopi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nama spesies ini diberikan sebagai penghargaan kepada filantropis lingkungan Wewin Tjiasmanto, dari Yayasan Konservasi Lahan Basah atas dukungannya terhadap pelestarian flora di Indonesia. Penelitian ini diterbitkan di jurnal nasional Reinwardtia.
Merupakan spesies endemik Sulawesi Tengah yang hanya dapat dijumpai di sekitar kawasan puncak Gunung Sidole, Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah.
Spesies itu merupakan salah satu hasil kolaborasi penelitian dengan mahasiswa Universitas Tadulako, Eka Putri Dayanti yang saat itu tengah mengerjakan tugas akhirnya yaitu tentang ekologi Begonia di Gunung Sidole.
Spesies tersebut, menurut Wahyu, sangat berbeda dengan spesies-spesies Begonia lainnya di Sulawesi dikarenakan memiliki beberapa karakter unik. Diantaranya yaitu perawakan yang kecil dengan batang yang tumbuh menjalar di atas permukaan tanah.
Daun kecil berbentuk bundar telur berwarna kemerahan disertai bercak atau semburat berwarna hijau keperakan. Bunga berwarna merah muda dan berukuran relatif besar jika dibandingkan dengan proporsi ukuran daunnya.
Nama epithet spesies ini menggunakan nama Gunung dimana spesies ini tumbuh dan ditemukan, yaitu Gunung Sidole. Penelitian ini dipublikasikan di jurnal internasional Phytotaxa.
Merupakan salah satu spesies dari suku jahe-jahean (Zingiberaceae) yang saat ini hanya ditemukan di hutan pegunungan wilayah Tentena, Kabupaten Poso, Provinsi Sulawesi Tengah.
Spesies tersebut, kata Wahyu, merupakan salah satu hasil temuan dari kegiatan ekspedisi Sulawesi yang dilakukan pada awal 2020 sebelum merebaknya pandemi di Indonesia.
Jenis baru itu dideskripsi bersama peneliti Zingiberaceae dari Pusat Penelitian Biologi LIPI Marlina Ardiyani.
Spesies Etlingera tjiasmantoi terlihat mirip dengan kerabatnyaEtlingera flexuosa, namun dapat dengan mudah dibedakan pada tangkai anak daunnya yang lebih panjang, buah yang berbentuk bulat telur sungsang dan tidak berduri.
Nama spesies itu, ia mengatakan, diberikan sebagai penghargaan kepada filantropis lingkungan Wewin Tjiasmanto, dari Yayasan Konservasi Lahan Basah atas dukungannya terhadap pelestarian flora di Indonesia. Hasil penelitiannya diterbitkan di jurnal nasional Reinwardtia.
Wisnu mengatakan berbagai temuan spesies baru tersebut adalah salah satu bukti nyata bahwa pelosok belantara hutan Indonesia masih menyimpan banyak kekayaan hayati yang belum terkuak oleh ilmu pengetahuan.
Berbagai ancaman terhadap kelestarian hutan, terutama di kawasan pusat biodiversitas, menjadi sebuah tantangan besar yang harus dihadapi.
Oleh karena itu, eksplorasi intensif oleh para peneliti yang berkolaborasi dengan berbagai pihak perlu terus didorong sebagai salah satu langkah awal konkrit pelestarian keanekaragaman tumbuhan di Indonesia.