Misi perjalanan ke luar angkasa adalah misi yang mematikan. Ada banyak tragedi terkait penerbangan luar angkasa yang menjadi mimpi buruk bagi astronaut.
Dalam setengah abad terakhir, sekitar 30 astronaut dan kosmonaut tewas saat berlatih atau mencoba misi luar angkasa yang berbahaya. Tetapi sebagian besar kematian ini terjadi baik di tanah atau di atmosfer Bumi, di bawah batas ruang yang disebut garis Kármán, yang dimulai pada ketinggian sekitar 62 mil (100 kilometer).
Melansir Astronomy, dari 550 orang yang berkelana ke luar angkasa, hanya tiga yang benar-benar meninggal di sana.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di awal perlombaan luar angkasa, NASA dan Uni Soviet mengalami lonjakan dalam kecelakaan jet mematikan yang menewaskan sejumlah pilot yang menguji pesawat berpeluncur roket canggih.
Misalnya, ada kebakaran Apollo 1 pada Januari 1967, yang menewaskan astronot Gus Grissom, Ed White, dan Roger Chaffee secara mengerikan. Selama simulasi peluncuran, percikan api di dalam kabin pesawat ruang angkasa yang di-ground-kan, yang diisi dengan oksigen murni, menyala.
Hal itu menyebabkan kebakaran tak terkendali yang dengan cepat melalap kru, menyebabkan kematian tragis saat mereka berjuang untuk membuka pintu palka bertekanan.
Pada 30 Juni 1971, tiga astronaut Soyuz 11 tewas ketika kembali ke Bumi. Ketiga astronaut itu adalah Kolonel Dobrovolsky, Vladimir N. Vol kov, dan Viktor I. Patsayev. Mereka adalah astronot Soviet kedua, ketiga, dan keempat yang tewas dalam misi luar angkasa.
Otoritas Uni Soviet menyatakan para kru meninggal akibat dekompresi. Pada ketinggian 104 mil (168 km), kombinasi mematikan dari katup bocor dan ruang hampa udara dengan cepat menyedot semua udara keluar dari kabin awak, menurunkan tekanannya.
Pada 23 April 1967, Vladimir M. Komarov meninggal ketika pesawat Soyuz 1 jatuh setelah sistem parasutnya terjerat.
Melansir Popsci, NASA kehilangan 18 orang dalam misi luar angkasa sejak sukses melaksanakan misi di Bulan. Namun, ada kemungkinan lebih tinggi bahwa astronaut akan mati saat misi manusia ke Mars, entah itu dalam perjalanan, saat tinggal di lingkungan yang keras, atau alasan lain.
Masalah apa pun yang muncul di Mars, misalnya masalah teknis atau kekurangan makanan dapat membuat seluruh kru atau koloni terdampar dan berjuang sendiri.
Ketika ada korban jiwa, seluruh kru telah meninggal, tidak ada yang tersisa untuk diselamatkan. Ahli bioetika Universitas Emory, Paul Wolpe membeberkan apa yang terjadi dalam misi ke Mars atau di stasiun luar angkasa bulan jika ada kematian.
"Mungkin membutuhkan waktu berbulan-bulan atau bertahun-tahun sebelum tubuh dapat kembali ke Bumi," ujarnya.
Astronaut tidak pernah dilatih untuk menangani mayat di luar angkasa. "Dalam 16 tahun saya sebagai astronot, saya tidak ingat pernah berbicara dengan astronot lain tentang kemungkinan meninggal," ujar astronot pesawat ulang-alik Terry Virts.
Astronot Kanada dan mantan komandan ISS Chris Hadfield mengatakan astronot berada dalam kondisi kesehatan yang sempurna pada saat peluncuran. Kematian awak kemungkinan besar diakibatkan oleh kecelakaan saat berjalan di luar angkasa.
"Anda bisa tiba-tiba disambar mikro-meteorit, dan tidak ada yang bisa Anda lakukan. Ini bisa membuat lubang di setelan Anda, dan dalam beberapa detik Anda tidak berdaya," ujar Hadfield.