Melansir laman resmi Angkatan Laut AS, satu unit JDAM buatan Boeing sekitar US$20 ribu atau sekitar Rp285 juta (kurs Rp14.257). Daya jangkau senjata itu juga bisa sejauh 24 kilometer.
Melansir Designation Systems, JDAM awalnya diberi label AWPGM (Adverse Weather Precision Guided Munition). JDAM mulai dikembangkan sejak akhir tahun 1991. Pengujian penerbangan JDAM dimulai pada tahun 1996. Pada bulan Desember 1998, JDAM secara resmi mencapai IOC (Kemampuan Operasional Awal).
Bagian utama dari JDAM kit adalah bagian panduan dan kontrol, yang dipasang di bagian ekor badan bom. Bagian itu menampung unit INS, penerima GPS, elektronik kontrol, dan tailfins berbentuk salib (tiga bergerak, satu dipasang) untuk mengarahkan bom.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, strakes dipasang pada badan bom untuk meningkatkan stabilitas dan kemampuan meluncurnya. Strakes dipasang ke badan tengah bom, kecuali untuk bom kelas MK 82, BLU-111/ B, di mana strakes berada di hidung karena persyaratan pemasangan rak bom.
Puluhan ribu kit JDAM dari semua versi telah dibuat dan produksi skala penuh terus berlanjut. Total produksi diperkirakan dapat mencapai hingga 250.000 unit.
JDAM telah secara efektif menggantikan bom konvensional sebagai senjata udara-ke-darat. Dalam operasi di Irak pada tahun 2003, sebagian besar amunisi yang dijatuhkan menggunakan bom JDAM.
Ukuran JDAM buatan Boeing bervariasi. Paling besar bisa sepanjang 3,8 meter dan yang terkecil bisa mencapai 2,3 meter. Diameter JDAM juga bervariasi tergantung jenisnya, mulai dari 27 cm hingga 46 cm.