Pecinta film pada era 1980an 'Catatan Si Boy', pasti sudah tak asing dengan sosok sedan legendaris Seri 3 BMW 318i E30 yang menjadi tunggangan sang pemeran utama, Boy, diperankan Onky Alexander.
Film tersebut tak cuma bisa mengangkat nama para pemeran ke puncak karier mereka, melainkan juga berhasil menjadikan sedan merek Jerman ini dikenal luas bahkan sampai sekarang. Faktanya mobil tersebut masih tetap diburu oleh berbagai generasi dari masa ke masa.
Jodie O'Tania, Direktur Komunikasi BMW Group Indonesia mengatakan sedan yang digunakan pada salah satu film legendaris Indonesia itu merupakan generasi kedua dari Seri 3. Sedangkan versi sebelumnya atau Gen 1 adalah E21, sementara model yang dirilis setelah E30, yaitu E36.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Jodie juga kehadiran E30 pada film tersebut semakin memperkuat citra produk tersebut sehingga namanya tak pernah surut.
"Film seperti Catatan Si Boy tentu menjadi contoh baik bagaimana BMW dan sang tokoh yang suka berkendara saling memperkuat karismanya," kata Jodie saat dihubungi, Kamis (20/5).
Sesuai dengan sedan yang lahir pada zamannya, E30 punya desain dengan bentuk sederhana dan lampu utama bulat. Sedangkan versi yang dirilis 1987, terdapat penyegaran pada eksterior berupa detail eksterior chrome diubah menjadi hitam.
Kemudian lampu depan dan lampu belakang juga mendapat sentuhan baru, sedangkan mesinnya berkubikasi 1.800 cc.
Mengutip Autoevolution, selain empat pintu, mobil ini juga tersedia dengan konfigurasi dua pintu. Pembeda utama E30 dari E21 yakni pada interior dan suspensi yang direvisi.
Dikatakan juga kehadiran E30 dianggap sebagai tonggak penting bagi pabrikan asal Jerman itu. Hal ini juga diakui Jodie mengenai Seri 3 secara keseluruhan.
"BMW Seri 3 selalu menjadi backbone penjualan baik di global maupun di Indonesia. Sedan legendaris ini cukup mendominasi segmen premium medium sedan di Indonesia," ucap Jodie.
Arindra Kunto Putra adalah salah satu pecinta otomotif yang doyan dengan sedan ini. Arindra sudah mulai kecanduan Seri 3 sejak duduk kelas 5 SD, setelah melihat salah seorang sepupunya memiliki E30 kelir biru.
"Nah dari saat itu pengen punya BMW, baru kebeli tahun 2017," ucapnya.
Sejak memiliki uang sendiri pria yang juga berbisnis pakaian ini makin doyan melampiaskan hobinya dengan mengoleksi Seri 3. Tahun lalu misalnya, ia sempat membeli dua unit E30 yang ditujukan buat dipakai harian dan memenuhi hobi olahraga drifting.
Namun E30 di tangannya tak bertahan lama, mobil itu lantas dijual dan diganti E36. Ia juga membeli dua unit untuk kebutuhan yang sama.
"Ya tidak tau kenapa Seri 3 itu masih jadi favorit sih karena desainnya compact terus kalo pake BMW tuh ya kesannya muda aja terus," ucap dia.
Untuk menyalurkan hobinya pada Seri 3, ia juga tak segan merogoh kocek hingga puluhan juta buat membangun mobilnya, dari mulai membeli 'bahan' hingga restorasi agar sesuai keinginannya.
"Ngebangun mobil ini relatif, biasanya dari bahan Rp30 juta - Rp40 jutaan. Terus modif mungkin di Rp15 juta - Rp20 juta, tapi di luar pelek," kata Arindra.
Selain punya nilai dan estetika, kata dia mobil lawas juga ibarat seni. Kita dapat melakukan eksplorasi dan menemukan keseruan, terutama dalam proses modifikasi.
"Mungkin kalo kita pake mobil tahun lama tuh asik nyari-nyari perintilannya dan nyari pelek yang pas atau modifikasinya lebih enak," kata dia.
Menurutnya hal tersebut yang tidak diperoleh jika ia mempunyai mobil keluaran terbaru.
"Kalo tahun sekarang menurut gue ganti pelek, ganti bemper sudah jadi cakep. Terus kalau mobil baru itu mana rajin ke bengkel. Maklum kalau gue seneng main ke bengkel, selain belajar juga jadi kenal banyak orang," ucapnya.
Namun, ia menambahkan kini calon pembeli Seri 3 lawas, terlebih untuk model E30, yang dibutuhkan bukan sebatas kocek tebal. Ketelitian juga perlu agar mobil yang dibeli sesuai keinginan.
"Tapi intinya Kalo mnurut gue, Seri 3 seperti E30 masih identik sama anak muda. Bedanya dulu sama sekarang anak muda kaya sekarang belom tentu dapetin E30 yang mulus tingting walaupun punya duit banyak," katanya.
(ryh/fea)