MEET THE GEEK

Laksana Tri Handoko, Petugas SPBU di Jepang Kini Kepala BRIN

CNN Indonesia
Jumat, 04 Jun 2021 10:29 WIB
Eks Kepala LIPI, Laksana Tri Handoko dilantik menjadi kepala Badan Riset dan Inovasi (BRIN) oleh presiden Joko Widodo.
Laksana Tri Handoko saat menjadi Kepala LIPI. (Grandyos Zafna/ Detikcom)

Menurut LTH, problem riset di LIPI itu merupakan miniatur problem penelitian di indonesia. Jadi dalam konteks itu, ia memiliki memiliki nyata tentang bagaimana dan apa yang harus saya lakukan di BRIN.

Di samping itu ia berharapgenerasi muda banyak yang ingin jadi peneliti. Karena dunia penelitian itu dinilai merupakan hal yang menarik.

Laksana mengatakan, banyak hal yang dapat dilakukan, yakni menelaah dan melakukan kanian yang mungkin orang lain belum tahu dan belum menemukan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Itu sebuah achievements yang ketika terjadi penemuan itu kita puas," tuturnya.

Hal itu diibaratkan olehnya sebagai seniman yang biasanya puas setelah menyelesaikan karya seni. Itu merupakan sebagai kepuasan yang sulit diungkapkan dengan perkataan.

Mengejar ketertinggalan ekosistem penelitian di Indonesia, yang dinilai masih tertinggal dengan negara lain adalah hal yang wajib dipercepat. Ia menuturkan, kondisi ekosistem riset di Indonesia harus dilakukan re-focusing, untuk menentukan arah penelitian di Indonesia.

Jika itu berhasil, Indonesia tidak hanya mengejar ketertinggalan, melainkan bisa memimpin penelitian namun dalam bidang yang kita ungguli.

"Dari beberapa faktor memang tertinggal, dan jelas kita harus mengejar ketertinggalan ini. Dan melihat semua masalah kita itu secara jernih dan mencari solusinya," tuturnya.

Selain itu, menurutnya penting juga untuk meningkatkan literasi ilmu pengetahuan di lini masyarakat meski terkadang literasi penelitian dianggap membosankan.

Di samping itu ia juga hendak memboyong kembali para peneliti atau diaspora yang kini bekerja sebagai peneliti di beberapa negara mau, untuk bisa kembali lagi ke Indonesia. Hal ini menurutnya menjadi salah satu cara untuk menciptakan ekosistem penelitian yang bisa memajukan iklim riset di Indonesia.

Namun begitu, perlu dibangung infrastruktur yang baik untuk para peneliti tanah air itu memiliki arena penelitian. Karena menurutnya, sangat disayangkan jika para diaspora kembali ke Indonesia tetapi tidak memiliki laboratorium yang mumpuni untuk melakukan riset.

"Kita berupaya menarik para talenta diaspora yg ada di luar negeri. Karena itu [diaspora] aset yang sebagian kita biayai baik lewat LPDP atau jalur lain," tuturnya.

(can/dal)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2 3
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER