Perencanaan keuangan Advisors Alliance Group Indonesia, Andy Nugroho menyampaikan antisipasi untuk meminimalisir dampak ekonomi dari insiden bencana alam, seperti gempa merupakan keharusan. Terlebih, masyarakat yang memang memilih untuk tetap tinggal di daerah rawan bencana karena beragam alasan.
Andy menuturkan langkah yang harus dilakukan masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana adalah dengan menyediakan dana darurat yang berasal dari pendapatan rutin.
Besaran pendapatan rutin yang dialokasikan untuk dana darurat pun beragam, minimal 10 persen. Untuk daerah rawan gempa misalnya, dia menyarankan dana darurat sebaiknya 15 persen karena tingkat kerusakan akibat gempa terbilang parah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, gempa tidak bisa diprediksi seperti bencana banjir di DKI Jakarta yang hampir pasti setiap tahun terjadi.
"Jadi dana darurat itu bisa digunakan untuk perbaikan, misalnya terjadi sesuatu pada diri kita," ujar Andy kepada CNNIndonesia.com, Rabu (21/4).
Selain untuk merenovasi rumah, dana darurat juga bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup selama menunggu bantuan dari pemerintah. Selain itu, dana darurat yang sudah disiapkan juga bisa digunakan untuk membangun rumah baru di lokasi yang lebih aman.
"Tapi pada intinya jangan putus menyediakan dana darurat," ujarnya.
Di sisi lain, Andy pun menyampaikan masyarakat yang tinggal di daerah rawan gempa bisa mengasuransikan tempat tinggalnya. Dia menyampaikan sejumlah perusahaan asuransi menyediakan layanan perlindungan bagi rumah yang terancam rusak akibat gempa meski dengan premi yang lebih besar dari asuransi properti pada umumnya.
Berdasarkan gambaran umum, Andy menyampaikan rumah dengan nilai Rp500 juta hanya cukup menyisihkan premi sebesar Rp500 ribu per tahun. Dia berkata setiap perusahaan asuransi memiliki formulasinya tersendiri.
"Tapi kalau asuransi masih mau cover meski dengan premi lebih mahal menurut saya sih itu worth it banget dibandingkan tidak ada sama sekali," ujar Andy.
Andy menambahkan tips meminimalisir dampak ekonomi itu juga berlaku bagi para pelaku bisnis. Sebab, dia menyebut cara itu paling tidak bisa menyelamatkan aset.
"Asuransi tidak bisa cover semua aset mereka. Tapi paling tidak ada beberapa aset seperti bangunan bisa dibangun kembali berkat asuransi," ujarnya.
Direktur Tatadana Consulting, Tejasari Asad menyampaikan asuransi adalah langkah tepat untuk mengamankan properti yang ada di kawasan rawan gempa. Namun, dia mengingatkan calon nasabah harus memperluas polis karena perusahaan penyedia asuransi pada umumnya memberikan batasan layanan.
"Sejalan dengan kondisi saat ini memang kalau untuk yang bencana kita bisa minta untuk tambah lagi sama orang asuransi, misalnya untuk gempa bumi," ujar Tejasari.
Selain asuransi, Tejasari menekankan pentingnya untuk membangun rumah atau bangunan yang tahan gempa. Dia menyampaikan masyarakat bisa meniru bagaimana masyarakat Jepang membangun rumah tahan gempa.
"Rumah tahan gempa tidak perlu kokoh. Justru yang fleksibel. Jadi tidak terlalu hancur," ujarnya.
Sedangkan menabung untuk meminimalisir kerugian ekonomi akibat gempa, dia menilai tidak begitu optimal. Sebab, dia menyebut butuh waktu lama untuk menyediakan dana untuk membangun rumah yang hancur akibat gempa.
"Tapi sementara menabung sebaiknya asuransi dengan perluasan manfaat," ujar Tejasari.
"Asuransi memang nilainya lumayan besar. Tapi kalau bangunan hancur telah diasuransikan, dia bisa dapat uang untuk bangun kembali," ujarnya.
(jps/eks)