Gita membeberkan salah satu contoh bangunan tahan gempa adalah bangunan dengan konsep Barrataga. Dia menjelaskan Barrataga adalah model rumah yang digagas oleh Pakar Rekayasa Kegempaan Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, Sarwidi.
Rumah itu bentuknya mirip rumah limas atau joglo. Rumah yang memiliki makna filosofis 'menyelamatkan diri' itu dikembangkan sebagai respon atas gempa di D.I Yogyakarta tahun 2006.
Dia menjelaskan rangka bangunan Barrataga ini terdiri dari beton kolom, balok bawah, balok tepi atas, balok lantai kemudian disambungkan dengan simpul-simpul Barrataga agar tidak patah saat gempa. Kunci pondasinya yang kuat adalah pasir 20 cm sebagai peredam getaran bangunan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Aspek terpenting dari pembangunan Barrataga adalah penguatan besi tulangan bangunan yang saling mengait. Fungsi Barrataga sebagai rumah anti gempa akan semakin kuat jika menggunakan kayu atau bambu untuk besi tulangannya," ujar Gita.
Melansir laman resmi, Barrataga adalah singkatan Bangunan Rumah Rakyat Tahan Gempa. Konsep Barrataga mulai dikembangkan sejak tahun 2000 dengan mengacu dasar pada referensi-referensi yang ada sebelumnya.
Barrataga merupakan jenis bangunan rumah tahan gempa tembokan yang dikategorikan dalam kelompok rumah konvensional seperti RIKO (Rumah Instan Konvensional) dan sebagainya.
Barrataga diperkirakan tetap bertahan aman hingga MMI X dan mengalami kerusakan sedang pada MMI XI yang kira-kira setara dengan goncangan maksimum permukaan yang dihasilkan oleh gempa berskala 7,5. MMI adalah satuan untuk mengukur kekuatan gempa bumi.
Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum (PU) dan Japan International Cooperation Agency (JICA) diketahui membuat persyaratan pokok membangun rumah yang lebih aman.
Intinya, panduan ini menyarankan agar bangunan tembokan dibangun dengan bingkai beton bertulang. Sementara detail spesifikasi struktur bangunan lainnya adalah sebagai berikut:
1. Bahan bangunan
- Gunakan semen tipe I
- Gunakan pasir dan kerikil bersih
- Gunakan kayu berkualitas baik dengan ciri-ciri: keras, kering, berwarna gelap, tidak ada retak, dan lurus.
- Untuk pondasi, gunakan batu kali yang keras
a. Adukan beton: 1 ember semen + 2 ember pasir + 3 ember kerikil + 1/2 ember air (Perlu diperhatikan penambahan air dilakukan sedikit demi sedikit dan disesuaikan agar beton dalam keadaan pulen (tidak terlalu encer dan tidak terlalu kental)
b. Adukan mortar: 1 ember semen + 4 ember pasir + air secukupnya
2. Struktur utama
a. Fondasi
Gunakan batu kali atau batu gunung yang keras, dengan ukuran sebagai berikut:
Lebar atas: minimal 30 cm
Lebar bawah: minimal 60 cm
Tinggi: minimal 60 cm
b. Beton bertulang (balok pengikat/ sloof, kolom, balok keliling/ ring, dan bingkai ampig)
Beton bertulang menggunakan tulangan utama diameter 10 mm dan tulangan begel diameter 8 mm dengan interval 15 cm. Tebal selimut beton untuk kolom dan balok pengikat/ sloof adalah 1,5 cm. Sedangkan untuk balok keliling/ ring dan bingkai ampig adalah 1 cm.
c. Dinding
Dinding menggunakan pasangan bata dengan tebal siar 1,5 cm
Dinding diplaster dengan campuran 1 semen : 4 pasir dengan tebal 2 cm.
Jarak maksimum antar kolom adalah 3 m atau luas maksimum dinding adalah 9 m persegi
d. Kuda-kuda kayu
- Fondasi - Balok pengikat (sloof)
Angkur Besi ø 10 mm
Jarak maksimum antar angkur 1m
Adukan beton
Batu kosong
Lantai kerja dan pasir
- Balok pengikat (sloof) - kolom
Tulangan kolom dilewatkan ke sloof dengan panjang lewatan minimal 40 D (40 cm)
Begel 8 mm
Tulangan utama 10 mm
Sloof
Pondasi
- Kolom - dinding
Angkur minimal ø 10 mm, panjang minimal 40 cm, setiap 6 lapis batu bata
Begel baja ø 8 mm
Tulangan utama baja ø 10 mm
- Kolom - balok keliling
Tulangan kolom dilewatkan ke balok ring dengan panjang lewatan minimal 40 D (40 cm)
Tulangan utama baja ø 10 mm
Tulangan begel baja ø 8 mm
- Balok keliling (ring) - kuda-kuda
Angkur/ baut tanam minimal diameter 10 mm
Pengikatan kuda-kuda pada balok keliling/ ring dapat juga dilakukan dengan cara berikut: Angkur menggunakan besi diameter 10 mm yang ditanam ke dalam balok keliling/ ring.
Alat untuk membengkokkan angkur: pipa besi diameter minimum 3 inci dengan 2 lubang
- Gunung-gunung (ampig) - kolom
Tulangan sengkang dengan diameter minimal 8 mm
Tulangan utama dengan diameter minimal 10 mm
Jangan lupa untuk memasang angkur bata pada gunung - gunung. Angkur besi minimum 10 mm sepanjang 40 cm, setiap 6 lapis bata
- Ikatan angin
Ikatan angin menggunakan kayu 6/12
Baut diameter 10 mm
4. Pengecoran beton
- Pengecoran kolom
Pastikan cetakan rapat dan kuat/kokoh.
Pengecoran kolom dilakukan secara bertahap setiap 1 m
Pada saat pengecoran beton dirojok dengan besi tulangan atau bambu agar tidak ada yang keropos.
Pelepasan bekisting minimal 3 hari setelah pengecoran
- Pengecoran balok
Tulangan dirangkai di atas dinding
Cetakan pada balok gantung harus diberi penyangga
Cetakan dapat dilepas setelah 3 hari untuk balok yang menumpu di dinding dan 14 hari untuk balok gantung.