ANALISIS

Vaksin Merah Putih, China dan Negara yang Kalah

CNN Indonesia
Kamis, 24 Jun 2021 16:49 WIB
Ketergantungan Indonesia terhadap vaksin impor dikhawatirkan menyebabkan asing bisa mendikte Indonesia. (CNN Indonesia/Adi Maulana Ibrahim)
Jakarta, CNN Indonesia --

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siraj mengingatkan potensi Indonesia bisa didikte oleh negara-negara produsen vaksin virus corona (Covid-19) di masa depan.

"Perang biologi, penguasa industri, kesehatan, industri vaksin misalnya, menjadi panglima yang dapat menguasai kebijakan suatu negara. Kita akan didikte oleh negara yang memproduksi vaksin," kata Said saat berpidato di acara Haul Emas KH Wahab Chasbullah ke-50 yang disiarkan di kanal YouTube NU Channel (23/6).

Menurutnya, negara-negara yang mampu memproduksi vaksin akan menjadi pemenang dalam perang biologi ini. Sementara Indonesia yang masih impor vaksin, jadi negara kalah karena hanya jadi penonton saja.

Pemerintah saat ini memang masih bergantung pada belanja vaksin dari luar negeri. Meski demikian, pemerintah menyiapkan vaksin produksi dalam negeri lewat konsorsium vaksin Merah Putih yang mulai dikembangkan pada 2020.

Vaksin ini rencananya mulai diproduksi kuartal II/2021, lakukan uji klinis tahap III pada akhir 2021, dan mendapat sertifikasi BPOM pada akhir 2022.

Menanggapi hal ini Epidemiolog dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) Pandu Riono menilai Indonesia dalam posisi yang tidak terlalu kuat dalam tawar menawar diplomasi global dalam hal ketersediaan vaksin.

Berbeda dengan Said, menurut Pandu Indonesia bisa didikte negara lain dalam konteks ketersediaan vaksin. Misal oleh China, yang merupakan negara produsen Sinovac.

"Iya bisa bisa, vaksin kan diplomatik. Kenapa China jual vaksin ke Indonesia karena hubungan diplomatik juga," ujarnya kepada CNNIndonesia.com, Rabu (22/6) malam.

Meski demikian, menurutnya pemerintah bisa melepaskan ketergantungan dengan negara lain, dengan cara memperkuat manufaktur untuk membuat vaksin di dalam negeri.

"Kita bisa bernegosiasi dengan Pfizer, Moderna untuk membeli lisensi vaksinnya atau kita bagi hasil sehingga kita bisa belajar bikin teknologi terbaru," ujarnya.

Di sisi lain, Ahli Biologi Molekuler Ahmad Rusdan Handoyo menilai sulit menilai akan ada pendiktean satu negara terhadap negara lain pada situasi pandemi.

Sebab, menurutnya secara global pandemi ini membutuhkan semua negara untuk sehat. Karena satu negara yang "sakit" akan mempengaruhi mobilitas global. Apalagi jika yang diisolasi negara sebesar Indonesia.

"Karena nggak ada yang untung kalau masih ada satu negara saja yang bermasalah," tulisnya saat dihubungi via pesan teks, Kamis (24/6).

Tarik Ulur Vaksin Lokal hingga 'Ngebut' Bikin Vaksin Covid-19


BACA HALAMAN BERIKUTNYA
HALAMAN :