Eijkman Buka-bukaan Nasib Vaksin Merah Putih

CNN Indonesia
Selasa, 17 Agu 2021 12:24 WIB
Kepala Eijkman, Amin Subandrio mengungkapkan kabar terbaru vaksin merah putih, termasuk biaya, hambatan hingga tanggal uji klinis.
Laboratorium vaksin merah putih. (ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto)

Apakah fasilitas cGmP yang hanya tersedia di Biofarma, juga menjadi hambatan dalam proses pembuatan vaksin?

Di dalam Biofarma saja dalam tanda petik, terjadi kompetisi di fasilitasnya. Karena Biofarma itu kan penghasil vaksin manusia, kalau vaksin hewan sih bedanya, vaksin manusia satu satunya. Sementara vaksin-vaksin yang lain rutin diberikan setiap tahun tetap rutin berjalan, tidak boleh berhenti.

Jadi beberapa aktivitas produksi yang sedang berjalan dan sedang dipakai tidak begitu saja seperti kita memasak menggunakan panci satu dipakai macam-macam bisa dicuci dan dipakai lagi, nah itu tidak bisa demikian.

Untuk bisa mengalihkan dari satu vaksin ke vaksin lain itu prosesnya bisa lama dan harus disertifikasi lagi untuk bisa dimulai. Nah jadi Biofarma juga berupaya untuk menyiapkan beragam fasilitas, ini juga merupakan salah satu kendala teknis juga.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Contohnya tadi sudah saya sebutkan kami menggunakan sistem ekspresi kan dua, sistem mamalia dan sistem yield pada awalnya kita sepakati pakai sistem yang mamalia tapi ternyata setelah berjalan 3-4 bulan Biofarma mendapatkan bahwa fasilitas produksi yang digunakan fasilitas mamalia itu belum siap dan baru siap akhir tahun ini.

Jadi kami diminta untuk shift dari sistem mamalia ke sistem yield.

Apakah ada estimasi biaya tertentu yang diajukan kepada pemerintah?

Sejauh ini tidak dibatasi, artinya sambil berjalan apa yang kami butuhkan ya kami usulkan. Ya memang harus diakui bagaimanapun menggunakan uang negara tidak bisa seenaknya jadi semuanya harus ada proses pengajuan, proses pertanggungjawaban.

Itu juga butuh waktu, kita minta hari ini, besok sudah tersedia uangnya. Tapi ada komitmen dari pemerintah, misal kita butuh apa kita ajukan.

Sudah memakan biaya berapa? Dan berapa jumlah biaya yang sudah dipenuhi oleh pemerintah?

Ya tentu dana yang tersedia tidak seperti yang dimiliki oleh perusahaan perusahaan besar seperti Moderna, Pfizer, kita belum membicarakan biaya untuk uji klinik.

Untuk uji klinik itu anggarannya jauh lebih besar daripada anggaran yang dipakai di laboratorium. Sebenarnya butuh anggaran besar sampai beberapa belas miliar, angka persisnya (untuk R&D) saya tidak hafal.

Untuk uji klinik tergantung dari size-nya karena waktu itu pemerintah sudah menyiapkan anggaran untuk uji klinis tapi hitungannya secara kasar. Itu bercermin pada uji klinis tahap ketiga yang dilakukan pada Sinovac di Bandung, itu satu subjek saja membutuhkan anggaran sekitar Rp20 jutaan.

Padahal untuk uji klinik itu kita membutuhkan sekitar minimum 5000 subjek dan idealnya sampai dengan 20.000 subjek, kalau kita lihat pada perusahaan-perusahaan besar itu uji kliniknya mereka menggunakan lebih besar sampai 40.000 sampai 50.000 subjek. Jadi tinggal kita hitung saja.

Kalau kita targetnya memenuhi persyaratan internasional misalnya, sampai 20.000 subjek tinggal dikalikan saja. Tetapi kita jangan melihat dari totalnya saja, kita juga melihat dari jumlah segitu akan menghasilkan berapa banyak.

Kita kan mengharapkan dari katakanlah totalnya 500 miliar itu diharapkan menghasilkan 400 juta dosis yang dibutuhkan oleh Indonesia, nah kalau kita bagi 500 miliar dibagi 400 juta dosis, harga per dosis-nya sebenarnya murah dibanding kita membeli dari luar negeri.

Kolaborasi buat Vaksin Merah Putih

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2 3 4
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER