Hal-hal terkait teknologi finansial atau fintech kerap jadi topik perbincangan di Twitter beberapa waktu ke belakang. Kripto jadi salah satu turunan obrolan yang ramai dibincangkan.
Hal tersebut disampaikan Country Industry Head Twitter Indonesia, Dwi Adriansah. Ia menyebut pembicaraan fintech dan kripto cenderung naik sejak pandemi Covid-19.
"Pengguna Twitter memiliki ketertarikan dengan topik teknologi financial, digital banking, e-wallets, termasuk kripto dan lain-lain," kata Dwi dalam jumpa media secara virtual, Rabu (3/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahkan, Dwi menyebut pembicaraan bisa menggiring pengguna untuk memilih skema investasi untuk masa depannya. Kripto jadi salah satu hal yang paling banyak dibahas.
"Perubahan prilaku tercermin terhadap aplikasi di mana 54 persen pengguna pasti punya aplikasi teknoliogi financial. Termasuk pembicaraan soal kripto yang naik 20 kali lebih banyak," ujarnya..
Twitter sebagai platform yang melayani percakapan publik dan merekam apa yang dibicarakan melihat bagaimana perubahan pengguna terrefleksikan selama pandemi.
Perubahan budaya pada opsi digital yang sangat cepat berdampak pada prilaku seseorang terutama dalam penggunaan produk teknologi finansial.
Dwi menyebut kondisi pandemi Covid-19 juga membuat orang banyak mencari informasi tentang teknologi finansial melalui Twitter.
"Orang bicara tentang topik tertentu. Pertumbuhan terdorong oleh kegiatan kita di rumah saja di mana teknologi jadi faktor utama. Bahkan bursa saham bereaksi dengan informasi yang ada di Twitter. Value investment-nya akan berubah, bisa naik atau turun," jelasnya.
Secara global sejak awal pandemi pertumbuhan dari tahun ke tahun percakapan pengguna di Indonesia, termasuk seputar bisnis dan keuangan finansial naik mencapai 133 persen.
Tak hanya itu, berdasarkan survei yang dilakukan Twitter tahu bahwa 76 persen penggunanya kini mulai membatasi belanja online ke hal-hal ynng dinilai tidak esensial atau tidak penting.
Pengguna, khususnya generasi Z dan Y disebut lebih memikirkan untuk menabungkan uangnya melalui teknologi finansial, ketimbang berprilaku konsumtif.
"Bahkan mereka bisa open diskusi melalui Twitter karena mereka tertarik dengan topik pembahasannya. Misalnya kemarin soal pembicaraan memiliki rumah di umur tertentu. Sebanyak 47 persen mereka menemukan sesuatu yang baru di Twitter," sebutnya.
(ttf/fjr)