Menerka Kapan Kiamat Internet Terjadi Imbas Badai Matahari Super

CNN Indonesia
Jumat, 12 Nov 2021 09:10 WIB
Badai Matahari Super disebut menjadi biang kerok terjadi kiamat internet besar-besaran di Bumi, namun kapan hal itu bakal terjadi?
Badai Matahari Super disebut menjadi biang kerok terjadi kiamat internet besar-besaran di Bumi, namun kapan hal itu bakal terjadi? (Youvathana Sok (CNN USA)

Menerka kapan kiamat internet

Namun, para ahli menyebut sulit menerka kapan badai Matahari super yang bisa menyebabkan kiamat internet ini bakal terjadi.

Untuk menerka kapan terjadinya badai Matahari dengan skala besar, menurut Tiar hal tersebut tidak dapat dipastikan dalam rentang waktu yang jauh. Prediksi terkait badai Matahari hanya bisa diketahui dalam 24 jam.

"Kalau prediksi badai Matahari, hanya bisa dilakukan untuk 24 jam ke depan dengan melihat kondisi Matahari 24 jam sebelumnya," ujar Tiar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Prediksi badai matahari dapat dilihat dalam Space Weather Information and Forecast Services (SWIFtS) milik LAPAN di www.swifts.sains.lapan.go.id.

Lebih lanjut, Tiar mengatakan selama siklus Matahari ke-25 hingga saat ini badai terbesar (flare) adalah kelas X1.5 yang terjadi pada tanggal 3 Juli 2021 berasal dari bintik matahari nomor NOAA12838.

Badai Matahari super atau dalam skala besar pernah terjadi sebelumnya pada tahun 1859, dan di era modern tercatat terjadi pada Oktober 2003 di mana banyak satelit yang mengalami anomali.

"Badai super tidak bisa diperkirakan tapi ada kemungkinan terjadi," imbuh Tiar.

Matahari bangun dari tidur

Apalagi saat ini Matahari disebut sedang bangun dari tidur dan diprediksi bakal makin sering menjulurkan lidah Matahari yang berdampak jadi badai Matahari di Bumi.

Hal ini terbukti dari badai Matahari yang cukup besar pada Rabu (3/11) dan Kamis (4/11), menyusul lontaran lidah api dari Matahari yang terjadi pada Senin (1/11) dan Selasa (2/11).

Lontaran lidah api ini berkaitan dengan munculnya bintik Matahari. Noda Matahari ini terjadi akibat badai magnetik yang terjadi di permukaan Matahari.



Aktivitas badai Matahari pekan ini disebut peneliti terkait dengan siklus periodik Matahari yang terulang tiap 11 tahun. Menurut Koordinator Program Space Weather Prediction Center (SWPC) Bill Murtagh aktivitas siklus Matahari diprediksi akan semakin meningkat imbas siklus maksimum Matahari ke-25 yang terjadi tiap 11 tahun sekali.

Peneliti Pusat Sains Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) menyebut saat ini Matahari sedang menuju puncak siklus Matahari berikutnya (siklus-25) dan berpotensi menimbulkan badai Matahari besar.

Menurut Peneliti Pusat Sains Antariksa LAPAN, Tiar Dani, pada saat menuju puncak siklus dan setelahnya, akan banyak bintik Matahari yang muncul.

"Dari bintik-bintik tersebutlah muncul ledakan (flare) dan lontaran massa korona (CME) yang terjadi di Matahari atau bahasa awam menyebutnya badai Matahari," ujar Tiar saat dihubungi CNNIndonesia.com, Kamis (11/11).

Berdasarkan pantauan Tiar, dalam satu bulan terakhir terjadi flare kelas X1.0 dan M2.2 yang terjadi pada 28 Oktober 2021 dan tercatat sementara merupakan flare terbesar kedua di siklus Matahari ke-25 ini.



(mrh/eks)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER