Jakarta, CNN Indonesia -- PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) mengalami penurunan laba 28,57 persen menjadi Rp 755 miliar sampai September 2014 dibandingkan Rp 1,05 triliun periode yang sama tahun lalu. Tidak adanya perubahan tingkat suku bunga kredit baik kredit perumahan bersubsidi maupun non subsidi serta meningkatnya
cost of fund menjadi alasan penurunan laba tersebut.
Direktur Utama BTN Maryono mengatakan untuk meningkatkan laba sampai akhir 2014, BTN akan menggejot penerimaan
fee-based income. "Kontributor terbesar
fee-based income berasal dari pendapatan administrasi dan jasa yang jumlahnya sebesar Rp 500 miliar dari Rp 592 miliar total keseluruhan
fee-based income, sehingga kita akan fokus kesitu" kata Maryono di Jakarta, Senin (27/10).
Strategi lain yang akan digunakan BTN untuk meningkatkan laba adalah dengan melakukan lelang beberapa aset perusahaan. Kemudian memperkuat provisi agar
non performing loan (NPL) turun sehingga cadangan kredit bisa dikonversi menjadi pendapatan, serta merevisi cadangan kredit secara berkala.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meskipun laba perusahaan turun, namun dana pihak ketiga (DPK) pada kuartal III 2014 meningkat sebesar 15,03 persen ke angka Rp 101,84 triliun dibanding kuartal III 2013. Peningkatan DPK tersebut berkontribusi dalam meningkatkan aset BTN sebesar 15,5 persen menjadi Rp 142,43 triliun dibanding kuartal III 2013 yang sebesar Rp 123,32 triliun. Peningkatan DPK tersebut didominasi oleh dana giro, tabungan, serta deposito.
"Pertumbuhan dana pihak ketiga ini diatas rata-rata nasional yang hanya sebesar 11,63 persen di kuartal III 2014 sehingga BTN optimistis bisa memperoleh kinerja baik hingga akhir tahun ini," kata Maryono.
NPL TurunBTN berhasil menurunkan NPL menjadi 4,85 persen pada kuartal III 2014. Angka ini diharapkan terus turun sampai dibawah 4 persen pada akhir 2014. Penurunan NPL ini disebabkan oleh tidak dikenakannya
write-off pada kredit-kredit yang lama. Selain itu penerapan asset management yang baik, serta kinerja yang baik dari divisi
collection menjadi senjata BTN untuk mengurangi NPL.
"Untuk mencapai target NPL di bawah 4 persen pada akhir tahun, kami melaksanakan program akselerasi perbaikan NPL. Terdiri dari realisasi kredit yang hati-hati, memperbaiki kualitas kredit bagi KPR, rekomposisi pendanaan, optimalisasi dana pencadangan kredit, meningkatkan
fee-based income, serta mengendalikan biaya-biaya operasional," ujarnya.
Cara ini dinilai sangat efektif mengingat pendapatan bunga BTN selama sembilan bulan terakhir meningkat sebesar 21 persen dan sejumlah Rp 800 miliar kredit berhasil ditagih.
Maryono mengingatkan bankir lain untuk berhati-hati dalam mencairkan kredit di saat kondisi makro ekonomi Indonesia yang masih belum stabil saat ini. "Ke depan kami akan lebih berhati-hati dalam merealisasikan kredit. Namun selama likuiditas aman, kami tetap optimistis bisa menekan angka NPL hingga di bawah 4 persen" tambah Maryono.
Nilai kredit dan pembiayaan kredit BTN pada kuartal III 2014 meningkat sebesar 14,5 persen menjadi Rp 110,54 triliun dibandingkan kuartal III 2013. Kredit ini didominasi oleh pembiayaan rumah dan konstruksi, yang berkontribusi 88,61 persen atau Rp 97,94 triliun dari total pembiayaan.