Jakarta, CNN Indonesia -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meminta seluruh bank menurunkan biaya administrasi untuk meningkatkan jumlah nasabah baru. Hal tersebut sejalan dengan keinginan Presiden Joko Widodo yang ingin menciptakan
less cashed society di Indonesia.
Untuk bisa merealisasikan wacana tersebut, Kepala Departemen Penelitian OJK Ganjar Mustika mengatakan instansinya akan membuat program
financial inclusion bagi masyarakat yang belum memiliki tabungan dengan mengenakan biaya administrasi perbankan yang lebih rendah.
"Kalau masyarakat tidak kenal bank, maka masyarakat tidak akan mengenal kredit. Kalau tidak ada kredit, maka tidak ada upaya ekonomi produktif di masyarakat sehingga pengenalan fungsi dan peran bank bagi masyarakat sangatlah penting" tambah Ganjar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Ganjar untuk mewujudkan
less cashed society tidak akan bisa dilakukan dalam waktu satu-dua tahun. Sebab kesadaran masyarakat untuk bertransaksi melalui bank masih rendah. Ganjar menyebut baru 20 persen masyarakat Indonesia yang memiliki rekening di bank dan terbiasa melakukan transaksi melalui bank.
Darmadi Sutanto, Direktur Konsumer dan Ritel PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) berpendapat dengan meningkatnya jumlah masyarakat yang melek fungsi perbankan, maka hal tersebut akan mendorong transaksi melalui bank dan meninggalkan transaksi konvensional dengan bertatapan langsung.
Namun Darmadi mengaku tidak mudah mengubah pola pikir masyarakat Indonesia yang masih tradisional. "Contohnya masyarakat desa-desa di Jawa. Mereka sangat takut menggunakan bank karena masih tidak percaya aman melakukan transfer uang", kata Darmadi.
Vice President Digital Payment and Banking PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) Andi Kartiko menambahkan satu-satunya cara untuk bisa menciptakan
less cashed society adalah dengan pemaksaan. "Rencana Presiden Joko Widodo yang ingin memberikan bantuan langsung tunai secara elektronik sangatlah baik. Kalau tidak dipaksa, mau sampai kapan masyarakat Indonesia mengerti peran perbankan," kata Andi.