Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan minyak kelapa sawit (
crude palm oil) produksi Indonesia sulit menembus pasar Eropa. Untuk membahas hal itu, hari ini Jokowi menggelar pertemuan dengan Presiden Uni Eropa Herman Van Rompuy di Istana Negara, Jakarta Pusat.
"Kita tadi bicara mengenai hambatan barang kita yang menuju ke Uni Eropa," ujar Jokowi kepada pers usai pertemuan dengan Van Rompuy yang berlangsung sekitar 30 menit.
Mantan Gubernur DKI Jakarta itu berpandangan, Indonesia merupakan salah satu pemasok minyak kelapa sawit besar, sehingga pemerintah harus menyelesaikan hambatan-hambatan untuk mengekspor ke benua biru itu jika tak mau merugi.
"Kita ini terbesar di Uni Eropa. Hanya tadi ada hambatan seperti ini yang harus dibicarakan, kalau dihambat seperti itu, bisa merugikan kita," kata dia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jokowi menjelaskan, Uni Eropa adalah negara pengimpor minyak kelapa sawit terbesar kedua setelah Jepang. "Untuk itu kita harus memelihara hubungan karena investasinya bisa bertambah," ucap dia.
Jokowi mengaku sempat meminta bantuan kepada Van Rompuy untuk menghilangkan hambatan ini. "Kita sampaikan, bantu dong, karena sawit itu bukan hanya miliknya perusahaan besar, tapi 45 persen milik petani, sehingga itu perlu dicarikan jalan ke luar," kata Jokowi.
Mendengar permintaan dan penjelasannya, lanjut Jokowi, Van Rompuy mencatat dan melihat-lihat dengan seksama. "Tapi perlu terus ditindaklanjuti dan dikejar terus," kata dia.
Sebelumnya, Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Fadhil Hasan meminta pemerintah agar dapat membuat terobosan kebijakan untuk memperbaiki bisnis minyak kelapa sawit yang sedang lesu. Kebijakan baru yang dibuat negara tujuan ekspor terutama isu dumping, menjadi penghambat ekspor minyak kelapa sawit Indonesia dalam dua tahun terakhir. Pemerintah diharapkan juga mampu meminimalisir dampak aturan impor terkait kualitas CPO yang diperbolehkan masuk ke Rusia dan India.