PELEMAHAN RUPIAH

Rupiah Anjlok, Sofyan Djalil: Ini di Luar Kontrol Pemerintah

CNN Indonesia
Selasa, 16 Des 2014 15:04 WIB
Kebijakan Bank Sentral Rusia menaikkan suku bunga acuan sebesar 650 basis poin dikhawatirkan Menkeu akan meningkatkan aliran modal yang keluar dari Indonesia.
Menteri Pekerjaan Umum (PU) Basuki Hadimuljono, Menteri Koordinator Perekonomian Sofyan Djalil, Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro dalam konferensi pers usai rapat terbatas di Kantor Presiden, Kamis (30/10). (CNN Indonesia/Resty Armenia)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah hanya bisa pasrah melihat perkembangan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang terjerembab semakin dalam. Menteri Koordinator bidang Perekonomian Sofyan Djalil mengatakan pelemahan kurs terjadi lebih banyak dipicu oleh sentimen global sehingga di luar kendali pemerintah.

"Ini di luar kontrol, akibat ekspektasi yang terjadi di Amerika Serikat. Tidak banyak yang bisa dilakukan pemerintah," ujar Sofyan usai menggelar rapat koordinasi di kantornya, Selasa (16/12) .

Sofyan mengatakan depresiasi kurs terjadi secara global di banyak negara meyusul rencana normalisasi kebijakan moneter Bank Sentral AS (The Fed) pada 2015. Pelemahan rupiah yang mencpai 4 persen pada tahun ini, dinilai Sofyan masih lebih baik dibandingkan dengan kejatuhan kurs di Rusia, Malaysia, dan negara lain di Asia dan Amerika Latin.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menteri Keuangan Bambang P.S. Brodjonegoro menjelaskan ada dua kondisi yang membuat rupiah tak lagi perkasa. Pertama, karena faktor eksternal yang bersumber dari rencana The Fed menaikkan suku bunga acuannya seiring dengan perbaikan ekonomi AS.

"Reaksi terhadap perbaikan ekonomi AS ini akan menarik investasi yang selama ini di emerging market, kembali ke AS. Istilahnya dolar lagi pulang kampung karena ada prospek yang baik," tuturnya.

Kedua, lanjut Bambang, defisit neraca transaksi berjalan turut melemahkan rupiah. "Meskipun sudah ada perbaikan, tapi untuk emerging market seharusnya bisa lebih baik lagi. Itu artinya kondisi fundamental domestik harus diperbaiki," jelasnya.

Selain itu, lanjut Bambang, ada faktor musiman di akhir tahun yang membuat rupiah menguat terhadap mata uang negara lain, kecuali dolar. Hal ini terjadi karena biasanya di penghujung tahun permintaan dolar AS meningkat untuk memenuhi kebutuhan korporasi membayar utang dan membagikan deviden.

"Pelemahan rupiah 2 persen, rubbel 10,2 persen, lira Turki 3,4 persen. Kalau year to date, pelemahan rupiah 4,5 persen, ini fenomena global mdan rupiah bukanlah yang paling lemah," katanya.
 
Bambang Brodjonegoro menambahkan kebijakan Bank Sentral Rusia menaikkan suku bunga acuan sebesar 650 basis poin juga berpotensi memicu terjadinya pelarian modal (capital outflow). Tingginya suku bunga di Rusia dinilai akan menjadi daya tarik investor untuk mengalihkan portfolio modalnya ke Negeri Beruang Merah.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER