PELEMAHAN RUPIAH

Menkeu: Rupiah Lemah Momentum Kebangkitan Industri Manufaktur

CNN Indonesia
Rabu, 17 Des 2014 10:06 WIB
Menteri Keuangan Bambang P.S. Brodjonegoro menilai sektor manufaktur masih menjadi kontributor terbesar PDB Indonesia.
Produksi motor di pabrik Astra Honda Motor, Karawang, Jawa barat, Kamis (11/12) (CNN Indonesia/Noor Aspasia Hasibuan)
Jakarta, CNN Indonesia -- Di tengah pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat belakangan ini, Menteri Keuangan Bambang P.S. Brodjonegoro menekankan pentingnya membangkitkan industri manufaktur Indonesia.

“Harusnya ketika kita mengalami pelemahan rupiah, inilah saatnya manufaktur kita untuk dihidupkan kembali, paling tidak didorong,” ujar Bambang, dikutip dari situs resmi Kementerian Keuangan, Rabu (17/12).

Bambang menilai korelasi antara pertumbuhan industri manufaktur dengan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia sangat kuat. Oleh karena itu, saat ini merupakan momentum yang tepat untuk membangkitkan kembali industri manufaktur Indonesia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia menambahkan meskipun kontribusinya mengalami penurunan jika dibandingkan era 1990-an, namun sampai saat ini sektor manufaktur masih merupakan kontributor terbesar Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. “Manufaktur itu sangat critical bagi perekonomian kita, karena dia adalah kontributor terbesar dalam PDB kita,” jelas Menkeu.

Terlebih melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar dan penurunan harga minyak dipercaya akan berimbas pada kinerja ekspor Indonesia, yang saat ini masih didominasi oleh ekspor komoditas.

“Dengan harga minyak yang rendah, semua komoditas harganya akan rendah, padahal kita ekspornya mayoritas masih komoditas,” kata Bambang.

Namun permintaan Menteri Bambang tersebut tidak bisa direalisasikan industri manufaktur tanpa bantuan pemerintah. Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) meminta insentif keringanan pajak ekspor dari pemerintah guna mendongkrak kinerja ekspor produk yang dihasilkannya. Tanpa dukungan fiskal tersebut, AISI pesimistis ekspor motor bisa meningkat 50 persen pada 2015 seperti yang diharapkan pemerintah.

“Insentif contohnya menelaah pajak ekspor. Harus ditelaah satu persatu untuk tipe apa. Itu saja cukup kok. Kalau tidak, terkait komponen dan bahan baku yang masih impor. Banyak yang dari luar negeri dan dirakit di dalam negeri,” ujar Ketua Bidang Komersil AISI Sigit Kumala di Karawang, beberapa waktu lalu.

“Terutama adanya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) pada 2015, harus kita lihat lagi dong, disiapkan dengan matang,” ujarnya.

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER