Jakarta, CNN Indonesia -- Tim Reformasi Tata Kelola Migas memperkirakan butuh waktu sekitar 5 bulan bagi PT Pertamina (Persero) untuk tidak lagi menjual premium (bensin RON 88) dan menggantikannya dengan pertamax (bensin RON 92) di seluruh stasiun pengisian bahan bakar umum miliknya. Hal tersebut dengan catatan, pemerintah sebagai pemegang saham menginstruksikan Pertamina untuk mengikuti rekomendasi yang diberikan tim akhir pekan lalu.
“Kami sudah berkonsultasi dengan Pertamina, bisa sekitar dua bulan. Tapi itu mepet sekali, jadi paling lama sekitar lima bulan dan itu sudah tuntas prosesnya," kata Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas Faisal Basri dikutip dari situs resmi Kementerian ESDM, Senin (22/12).
Selama masa transisi, Faisal mengatakan bensin RON 88 yang diproduksi kilang dalam negeri bisa dipasarkan terbatas di sekitar lokasi kilang. Kemudian sebagai konsekuensi menghapuskan premium yang biasa dibeli masyarakat dari pasaran, Faisal mengatakan pemerintah harus mengalihkan subsidi tersebut ke Pertamax dengan besaran tetap.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Faisal mengakui perubahan ini akan meningkatkan impor Pertamax. Namun untuk jangka panjang akan berdampak positif karena masyarakat mendapatkan BBM dengan oktan yang lebih baik dan ramah lingkungan. Indonesia menurut Faisal adalah satu-satunya negara di Asia Tenggara yang mengimpor bensin RON 88. Namun tidak memiliki kekuatan dalam pembentukan harga MOPS bensin RON 92 yang menjadi acuan harga bensin RON 88.
"Jadi spesifikasinya hanya untuk Indonesia, sementara proses pembentukan harganya kita tidak punya kuasa apa-apa. Ini membuka peluang terjadinya kartel penjual karena mereka punya kepentingan sebagai satu-satunya penghasil RON 88 untuk Indonesia," jelasnya.
Menurut Faisal jika Indonesia menggunakan Pertamax maka kecil kemungkinan terjadi kartel mengingat pasokan bensin RON 92 banyak tersedia di pasaran dan harganya lebih kompetitif.
“Perpindahan dari premium ke pertamax juga akan membuka peluang turunnya harga pertamax. Hal ini tentunya akan mendorong pemain lain seperti Shell dan Total untuk menurunkan harganya dan pada akhirnya , masyarakat dapat menikmati harga jual Pertamax yang lebih kompetitif,” kata Faisal.