Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sofyan Djalil menanggapi rekomendasi Tim Reformasi dan Tata Kelola Migas yang meminta pemerintah menghentikan impor bahan bakar minyak tipe RON 88 (premium) dan diganti RON 92 (pertamax).
Sofyan mengatakan Indonesia saat ini masih membutuhkan RON 88 sebab hal tersebut tidak lepas dari kondisi kilang minyak milik PT Pertamina (Persero) yang sudah tua sehingga hanya mampu memproduksi minyak dengan kualitas rendah. Untuk itu dia menilai perbaikan kilang minyak dalam negeri harus dikebut.
"Kita akan perbaiki kilang minyak ini. Pertamina punya beberapa kilang minyak.
4 kilang diantaranya sudah teken kontrak pembaharuan. Ini harus segera diperbaiki," ujar Sofyan di kantornya, Senin (22/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun perbaikan kilang tersebut, menurut Sofyan, akan memakan waktu yang cukup lama terutama untuk mencari dana investasi perbaikan dan pembangunan kilang baru.
"Tapi perbaikan itu perlu waktu. Sehingga dengan demikian, apabila kita bisa perbaiki ini maka produksi keluaran Pertamina itu akan lebih tinggi RON-nya. Bahkan kalau bisa teknologi baru bisa menghasilkan RON 94, saya pikir tidak akan ada masalah," kata Sofyan.
Mantan Menteri Badan Usaha Milik Negara itu pun menekankan apabila kilang minyak dalam negeri belum bisa memproduksi bensin dengan RON lebih tinggi, berarti pemerintah akan tetap mengizinkan impor.
"Tetapi kalau kita berikan Pertamina masa waktu untuk perbaiki kilang, pada saat yang sama kita beri kesempatan mereka tetap produksi dengan kualitas yang lebih rendah," kata Sofyan.
Lima BulanSebelumnya
Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas Faisal Basri memperkirakan butuh waktu sekitar 5 bulan bagi Pertamina untuk tidak lagi menjual premium dan menggantikannya dengan pertamax di seluruh stasiun pengisian bahan bakar umum miliknya.
“Kami sudah berkonsultasi dengan Pertamina, bisa sekitar dua bulan. Tapi itu mepet sekali, jadi paling lama sekitar lima bulan dan itu sudah tuntas prosesnya," kata Faisal.
Selama masa transisi, Faisal mengatakan bensin RON 88 yang diproduksi kilang dalam negeri bisa dipasarkan terbatas di sekitar lokasi kilang. Kemudian sebagai konsekuensi menghapuskan premium yang biasa dibeli masyarakat dari pasaran, Faisal mengatakan pemerintah harus mengalihkan subsidi tersebut ke Pertamax dengan besaran tetap.
Faisal mengakui perubahan ini akan meningkatkan impor Pertamax. Namun untuk jangka panjang akan berdampak positif karena masyarakat mendapatkan BBM dengan oktan yang lebih baik dan ramah lingkungan. Indonesia menurut Faisal adalah satu-satunya negara di Asia Tenggara yang mengimpor bensin RON 88. Namun tidak memiliki kekuatan dalam pembentukan harga MOPS bensin RON 92 yang menjadi acuan harga bensin RON 88.