Jakarta, CNN Indonesia -- PT Danareksa Investment Management yang merupakan anak usaha PT Danareksa (Persero) menargetkan dana kelolaan mencapai Rp 23 triliun pada 2015 atau meningkat 41,1 persen dari dana kelolaan 2014.
Target pertumbuhan dana kelolaan tersebut lebih tinggi dari realisasi pertumbuhan dana kelolaan pada 2014 sebesar 16,43 persen dari tahun sebelumnya. Pada 2014, dana kelolaan Danareksa mencapai Rp 16,3 triliun.
“Kami optimistis target tercapai karena ada perbaikan manajemen dan banyaknya produk baru. Perbaikan manajemen terjadi di level direksi,” kata Direktur PT Danareksa (Persero) Purbaya Yudhi Sadewa di Jakarta, dikutip Kamis (15/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Purbaya mengatakan dengan neraca perdagangan dan neraca transaksi berjalan yang diprediksi membaik akan berdampak positif bagi kondisi perekonomian Indonesia.
“Saya akui, level BI rate 7,75 persen termasuk agresif bagi pasar. Namun saya paham tujuan BI untuk mengendalikan inflasi dan neraca transaksi berjalan,” katanya.
Danareksa Research Institute menyatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat dipengaruhi oleh tingkat suku bunga (berkorelasi negatif). Penjelasannya, suku bunga yang rendah akan mendorong pertumbuhan ekonomi, begitu pula sebaliknya.
Sementara itu, tingkat bunga sangat tergantung pada laju inflasi di dalam negeri, karena Bank Indonesia menganut
inflation targeting framework. Hal itu menunjukkan BI akan menaikkan bunga bila ekspetasi inflasi cenderung meningkat, dan sebaliknya.
“Namun, dengan prospek pertumbuhan ekonomi dan kinerja industri yang membaik, maka saya kira BI rate perlahan akan turun ke level 7,5 persen,” jelas Purbaya.
Purbaya menyatakan pihaknya memprediksi pertumbuhan ekonomi pada tahun ini berada pada rentang 5,3-5,4 persen. Sementara pertumbuhan ekonomi global terutama sebagian mitra dagang utama Indonesia sedikit membaik pada 2015.
“Hal tersebut akan berdampak positif terhadap ekspor kita,” ungkapnya.
Sebelumnya, permintaan domestik yang kuat telah memicu penaikan impor, sedangkan kondisi global yang lesu membuat ekspor Indonesia tertekan. Akibatnya, Indonesia mengalami defisit neraca perdagangan. Namun kondisi defisit neraca perdagangan saat ini cenderung menurun.