Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Pembangunan Asia (ADB) mengapresiasi langkah pemerintahan Joko Widodo melepas harga premium ke pasar dan mengurangi subsidi solar seiring dengan anjloknya harga minyak mentah global. Kebijakan ini diyakini ADB akan
menghemat pengeluaran pemerintah sekitar US$ 20 miliar atau setara dengan Rp 251 triliun dalam setahun.
"$20 miliar itu sekitar 2 persen terhadap PDB dan lebih besar dari belanja modal pemerintah pada 2013," ujar Deputi Direktur ADB untuk Indonesia Edimon Ginting, seperti dikutip dari situs resmi ADB pada Ahad (18/1).
ADB menilai Indonesia bersama India dan Malaysia telah merespon penurunan harga minyak mentah dunia dengan kebijakan yang tepat, yakni dengan mengurangi atau menghilangkan subsidi bahan bakar minyak (BBM). Langkah ini dinilai dapat mengurangi kesulitan fiskal di masa mendatang ketika harga minyak melonjak tinggi.
"Di mana sebagian dari hasil penghematan akan digunakan untuk mendukung program-program sosial, dan sebagian besar diharapkan bisa menjadi sumber pembiayaan infrastruktur. Peningkatan belanja untuk infrastruktur dasar akan menguntungkan bagi perusahaan-perusahaan konstruksi dan perusahaan terkait lainnya di seluruh negeri," jelas Edimon.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam laporan kajiannya, ADB memperkirakan penurunan harga minyak rata-rata sekitar 20 persen pada 2015 dibandingkan dengan tahun sebelumnya akan meningkatkan pertumbuhan PDB sebesar 0,3 persen di negara-negara berkembang Asia. Sebaliknya untuk negara-negara pengekspor minyak, penurunan harga emas hitam kemungkinan akan memangkas tingkat pertumbuhan ekonomi.
Di sisi lain, ADB meyakini
harga minyak yang rendah juga dapat menurunkan tingkat inflasi di sebagian besar Asia. Tingkat inflasi di kawasan Asia yang menjadi basis penelitian ADB diperkirakan turun menjadi sekitar 3,5 persen pada tahun ini.
(ags/ags)