Jakarta, CNN Indonesia -- PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) mempertimbangkan kenaikan harga semen curah (bulk) tanpa kemasan yang biasa digunakan dalam proyek konstruksi besar. Opsi tersebut bertolak belakang dengan kebijakan BUMN semen ini yang sebelumnya justru menurunkan harga semen kantong sebesar Rp 3.000 per sak.
"Harga semen curah tidak turun. Dilihat, ada kemungkinan untuk menaikkannya," ujar Direktur Utama SMGR Suparni setelah rapat umum pemegang saham perseroan di Jakarta, Jumat (23/1).
Suparni menjelaskan saat ini kontribusi semen curah terhadap pendapatan perseroan sebesar 30 persen. Dengan kenaikan harga, Suparni berharap akan berimbas positif terhadap neraca perseroan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagai informasi, kapasitas terpasang SMGR saat ini sebesar 31,8 juta ton semen per tahun dengan penguasaan pasar domestik sekitar 43 persen. Volume penjualan perseroan diyakini mencapai 30,5 juta ton pada 2015, meningkat 7 persen dibandingkan pencapaian tahun lalu 28,5 juta ton seiring dengan komitmen pemerintah menggenjot pembangunan infrastruktur di Tanah Air.
"Target pertumbuhan penjualan sekitar 6 hingga 7 persen tahun ini. Diharapkan sektor infrastruktur jalan dan dapat mendorong penjualan," tambahnya.
Mengenai
kenaikan harga semen kantong sebesar Rp 3.000 per sak yang diumumkan langsung oleh Presiden Joko Widodo, Suparni menegaskan itu murni inisiatif perseroan. "Kami ingin mensinergikan semua perkembangan positif negeri ini seperti harga BBM yang turun. Kami ingin membagikan ini dengan pembeli dan di satu sisi kami juga melakukan efisiensi," katanya.
Suparni menambahkan SMGR dapat menyesuaikan kembali harga semen di kemudian hari tanpa harus mendapatkan persetujuan pemerintah menyesuaikan dengan permintaan pasar. "Kami ingin harga dinamis, tergantung kondisi pasar yaitu terkait biaya transportasi, bahan bakar minyak, dan listrik," tuturnya.
(ags/gen)