Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Maroef Sjamsuddin menargetkan dalam waktu enam bulan ke depan, pabrik pengolahan dan pemurnian bahan tambang atau
smelter di Gresik, Jawa Timur sudah mulai dibangun. Untuk dapat memastikan hal tersebut, Maroef mengatakan ada sejumlah pekerjaan yang harus diselesaikan perusahaan tambang asal Amerika Serikat itu.
Pertama adalah menyelesaikan penyusunan kontrak sewa dan pemanfaatan lahan seluas 60-80 hektare milik PT Petrokimia Gresik yang akan dijadikan lokasi pembangunan
smelter. Mantan Wakil Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) itu mengatakan biaya sewa lahan yang harus dibayarkan Freeport selama 20 tahun masih dalam tahap pembahasan.
Kedua setelah memiliki kontrak sewa dan pemanfaatan lahan, Freeport kemudian harus mempersiapkan lahan tersebut mulai dengan melakukan pembersihan, mengajukan izin pembangunan ke Pemerintah Daerah setempat, membuat analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL), dan mempersiapkan
detail engineering design dari
smelter tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Target kami kalau bisa dalam enam bulan bisa mulai bangun,” ujar Maroef di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Jumat (23/1).
Namun, Maroef memberi sinyal bahwa Freeport membuka kesempatan kerjasama dengan perusahaan lain untuk membangun
smelter Gresik.
“Investasinya besar, US$ 2,3 miliar. Freeport kan tidak bilang, karena punya uang lalu akan bangun sendiri. Tidak bisa juga. Kami membuka kesempatan, sama seperti PT Semen Indonesia Tbk yang menyatakan minat memanfaatkan produk sampingan asam sulfat yang dihasilkan
smelter itu,” kata Maroef.
Meskipun tidak menegaskan bahwa Freeport akan bekerjasama dengan PT Smelting yang
smelternya berada di sebelah
smelter yang baru akan dibangunnya, namun Maroef menyebutkan total kapasitas produksi dua
smelter jika digabungkan akan menjadi tiga juta ton.
“Saya petakan kemarin, jadi akan meningkatkan dari 1 juta ton (kapasitas
smelter milik PT Smelting) ditingkatkan 2 juta ton (milik Freeport) jadi 3 juta ton konsentrat. Tapi itu nantilah, yang pasti Freeport sudah menunjukkan komitmen ke pemerintah terkait lokasi
smelter yang akan kami bangun,” katanya.
Freeport sendiri memiliki saham sebanyak 25 persen di PT Smelting, sementara pemegang saham lainnya adalah Mitsibushi Corporation Unimetal Ltd 9,5 persen, Nippon Mining and Metals Co. Ltd 5 persen, dan saham mayoritas dipegang oleh Mitsubishi Materials Corporation sebanyak 60,5 persen.
(gen)