Investor Kilang Baru Harus Bersedia Bermitra dengan Pertamina

Gentur Putro Jati | CNN Indonesia
Selasa, 27 Jan 2015 11:21 WIB
Rahmad Hardadi, Direktur Pengolahan Pertamina memperkirakan investasi yang dibutuhkan untuk membangun kilang Bontang mencapai US$ 10 miliar.
Ilustrasi kilang minyak. (CNN Indonesia/Thinsktock)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mewajibkan para calon investor yang berminat membangun kilang di Indonesia untuk bekerjasama dengan PT Pertamina (Persero). Hal tersebut merupakan bagian dari kebijakan Menteri ESDM Sudirman Said yang menunjuk Pertamina sebagai lead untuk setiap pembangunan proyek kilang baru yang akan dibangun pemerintah dengan menggandeng swasta melalui skema public private partnership (PPP).

Rahmad Hardadi, Direktur Pengolahan Pertamina mengatakan penugasan tersebut telah diterima perseroan pekan lalu, sehingga para calon investor yang berminat wajib menghubungi Pertamina jika ingin membangun kilang di Indonesia.

Rahmad mencatat, Indonesia akan alami defisit bahan bakar minyak (BBM) apabila tidak ada penambahan kapasitas pengolahan minyak di dalam negeri. Upaya penambahan kapasitas kilang sendiri telah dilakukan Pertamina dengan menjalankan program Refining Development Master Plan (RDMP), Residual Fluid Catalytic Cracking (RFCC) dan Proyek Langit Biru Cilacap (PLBC).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Indonesia butuh tambahan dua sampai tiga kilang baru untuk dapat memenuhi kebutuhan BBM dalam 10 tahun ke depan. Saat itu kami proyeksikan permintaan premium menembus 77 juta kiloliter (KL), sedangkan solar 54 juta KL,” kata Rahmad, dikutip dari situs resmi Kementerian ESDM, Selasa (27/1).

Andalkan Bontang

Menurut Rahmad, tiga program peningkatan kapasitas produksi BBM Pertamina yang disebutkannya diatas tidak akan mencukupi pertumbuhan konsumsi BBM di masyarakat. Sehingga harus dilakukan pembangunan kilang-kilang baru.

“Untuk kilang baru, pemerintah sudah menyediakan beberapa lokasi dengan lahan dan infrastruktur yang sudah memadai. Seperti Bontang sudah ada lahannya, infrastruktur pendukung juga sudah siap. Jadi, tidak perlu dari nol sehingga proyek lebih cepat dan investasinya juga relatif lebih rendah. Kalau kilang di bangun di Bontang, mungkin kebutuhan dana investasinya sekitar US$ 10 miliar dan proyek dapat selesai dalam jangka waktu 3 tahun," katanya.

(Baca juga: Berminat Bangun Kilang Bontang? Simak Empat Syarat Berikut)

Sebelumnya pemerintah telah menetapkan empat prasyarat bagi calon investor yang berminat mengikuti tender proyek kilang minyak pengolahan di kawasan Bontang, Kalimantan Timur, yaitu:

1. Peserta tender diharuskan memiliki teknologi yang tinggi dalam pembangunan kilang;
2. Calon investor juga harus memiliki kejelasan mengenai pasokan minyak mentahnya demi menjamin ketersediaan bahan baku;
3. Calon investor diwajibkan memproduksi petrokimia, tidak hanya BBM saja dari kilang baru di Bontang;
4. Calon investor harus memiliki sumber daya manusia yang profesional.

Pemerintah juga menyiapkan sejumlah insentif untuk mendorong penyelesaian proyek kilang tersebut. Seperti memberi kemudahan perizinan, insentif, menyediakan lahan seluas 500 hektare, dan memfasilitasi investor yang nantinya menjadi mitra Pertamina tersebut.

Selain itu, Pertamina juga sudah ditugaskan pemerintah untuk menjadi pembeli siaga (offtaker) dari minyak yang diproduksi kilang tersebut. "Kalaupun Pertamina juga mau membangun kilang silahkan. Nantinya hasil dari kerjasama kemitraan pemerintah swasta (KPS) ini, Indonesia akan mendapatkan kilang baru dengan kapasitas 300 ribu barel per hari," ujar Naryanto Wagimin, Direktur Pengusahaan Hulu Migas Kementerian ESDM. (gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER