Pindad Janjikan Perbaikan Kinerja ke DPR Agar Disuntik Modal

Elisa Valenta Sari | CNN Indonesia
Senin, 02 Feb 2015 16:01 WIB
PT Pindad (Persero) menargetkan pertumbuhan laba bersih sebesar 135 persen pada 2020 jika PMN Rp 700 miliar dikabulkan DPR pada tahun ini.
Dirut PT Pindad (Persero) Silmy Karim menargetkan pertumbuhan laba bersih sebesar 135 persen pada 2020 jika PMN Rp 700 miliar dikabulkan DPR pada tahun ini. (CNN Indonesia/Elisa Valenta Sari)
Jakarta, CNN Indonesia -- Satu per satu direksi BUMN menghadap Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) demi meluluskan penyertaan modal negara (PMN). Giliran manajemen PT Pindad (Persero) yang menghamba ke parlemen demi mendapatkan suntikan modal negara Rp 700 miliar pada tahun ini.

Direktur Utama Pindad Silmy Karim mengatakan PMN dapat membantu perseroan meningkatkan kapasitas produksi dan memenuhi permintaan alat utama sistem persenjataan (Alutsista). Di sisi lain, Silmy diharapkan ketergantungan Indonesia terhadap impor alutsista dapat dikurangi.

"Semuanya (PMN) untuk penambahan kapasitas dan mengganti mesin-mesin yang berusia senja (modernisasi) karena perlu jaga kualitas," ujar Silmy saat ditemui di Gedung DPR, Senin (2/2).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Silmy optimistis dengan tambahan modal negara Rp 700 miliar akan meningkatkan permintaan alutsista pemerintah sebesar 40 persen pada tahun ini.

Skema pendanaan ini juga diyakini Silmy dapat meningkatkan penjualan perseroan sebesar 92 persen dalam lima  tahun ke depan tumbuh. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan proyeksi pertumbuhan penjualan tanpa PMN yang hanya 64 persen.  Laba bersih perseroan juga diprediksi tumbuh 135 persen hingga 2020 dengan adanya PMN atau jauh di atas potensi pertumbuhan riil tanpa bantuan modal pemerintah 74 persen.

"Pendapatan 2015 targetnya Rp 2,5 triliun, laba bersih Rp 85 miliar tapi baru kelihatan di 2016," jelas Silmy.

Mantan Wakil Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Himpi) itu menambahkan Pindad tengah fokus meningkatkan produksi amunisi berkaliber kecil, senjata laras panjang dan pendek. Selain itu, perseroan juga tengah mengembangkan prototype tank berukuran medium yang rencananya akan mulai diproduksi mulai 2016.

Silmy Karim menambahkan selama ini baru sekitar 10-15 persen permintaan alutsista di dalam negeri yang mampu dipenuhi oleh produsen lokal. Menurutnya, sebagian besar peralatan militer Indonesia dipasok dari negara lain, seperti Amerika Serikat dan Jerman.

"Impor alutsista harus dihentikan ketika kita sudah bisa 100 persen produksi dalam negeri," ujarnya. (ags/ags)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER