Jakarta, CNN Indonesia -- Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia optimistis pasar industri kreatif nasional akan menembus Rp 900 triliun pada tahun ini atau tumbuh 28,5 persen dibandingkan dengan tahun lalu. Pesatnya pertumbuhan demografi Indonesia menjadi dasar keyakinan Kadin akan meningkatnya permintaan di sektor ini.
"Kami melihat pertumbuhannya realistis saja. Target tahun ini mungkin pertumbuhannya bisa mencapai Rp 200 triliun karena semakin banyaknya penduduk, terutama kaum usia muda, menyebabkan permintaan akan hasil industri ini juga ikut bertambah," ujar Budiarto Linggowijono, Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Industri Kreatif dan MICE, di Menara Kadin, Rabu (4/2) petang.
Kadin mencatat nilai pasar industri kreatif Indonesia pada tahun lalu sebesar Rp 700 triliun. Dengan asumsi peningkatan pasar Rp 200 triliun atau tumbuh 28,5 persen, Budiarto mengatakan pelaku industri kreatif harus membangun citra produk lokal demi meningkatkan daya saing.
"Target ini adalah target realistis dari kami, tapi tantangannya adalah bagaimana mengajak konsumen Indonesia menggunakan local brand dan mengaplikasikan triple helix (sinergi kekuatan antara akademisi, bisnis, dan pemerintah) hingga ke tingkatan daerah," jelasnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kendati nilai pasarnya besar, Budiarto menilai kontribusi industri kreatif terhadap produk domestik bruto (PDB) kemungkinan hanya 9 persen pada 2015, meningkat 2 basis poin dari kontribusi tahun lalu yang sebesar 7 persen.
"Kami tak bisa melakukan percepatan pertumbuhan kontribusi yang amat sangat (besar) mengingat besarnya proporsi sektor ini kan juga bergantung terhadap pertumbuhan PDB. Kalau pertumbuhan PDB total melebihi pertumbuhan output sektor industri kreatif kan proporsinya tetap saja stagnan," tutur Budiarto.
Untuk itu, Budiarto menaruh harapan besar kepada Badan Ekonomi Kreatif (BEK) yang dikepalai oleh Triawan Munaf untuk mendorong akselerasi industri kreatif nasional. "Badan Ekonomi Kreatif bisa bantu. Tapi badan ini kan baru punya kepala, tangan-tangannya saja belum ada. Selain itu, kinerjanya pun masih terhambat masalah nomenklatur dengan Kementerian Pariwisata. Anggarannya pun juga belum ada," katanya.
Belum Punya Target
Pada kesempatan yang sama, Kepala Badan Ekonomi Kreatif (BEK) Triawan Munaf mengatakan lembaga yang dipimpinnya masih belum memiliki target konkrit mengingat dirinya baru seminggu menjabat. Menurutnya, dalam waktu tiga bulan pertama, BEK masih akan melakukan dengar pendapat dengan para pelaku serta asosiasi industri kreatif untuk mengkaji permasalahan sektor ini.
"Saya masih seminggu mengemban jabatan ini sehingga kami masih belum membicarakan target angka-angka. Namun dalam jangka waktu dekat semoga kami sudah punya target-target konkritnya," ujarnya.
Selain belum memiliki program kerja, Triawan mengatakan BEK juga belum mendapatkan alokasi anggaran khusus. Hal ini juga yang membuat Triawan belum dapat menjanjikan peranan industri kreatif terhadap PDB.
"Masih banyak penyesuaian anggaran jadi kami masih belum berani untuk mengajukan anggarannya kalau belum ada program yang jelas," ucapnya.
Berdasarkan subsektor industri kreatif, Triawan melihat potensi yang cukup besar dari industri perfilman. Karenanya, sektor ini akan menjadi prioritas utama yang akan dikembangkan oleh BEK pada tahun ini.
"Mungkin untuk tahun ini akan kami dorong di industri film mengingat karya perfilman berkaitan dengan industri kreatif lainnya sehingga memiliki nilai pengganda juga. Selain itu, kita juga perlu meningkatkan kualitas produksi kita agar bisa punya daya saing," ujarnya menutup.
(ags/ags)