Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat nilai komitmen investasi Jepang sebesar US$ 1,3 miliar sejak 22 Oktober 2014 hingga 10 Februari 2015. Angka ini merupakan angka akumulatif dari empat investor yang menyatakan nilai investasinya dari total delapan investor Jepang yang telah menyatakan minat.
"Sejauh ini hingga 10 Februari 2015 sudah ada minat investasi Jepang sebesar US$ 1,3 miliar. Paling besar investasinya ada di industri substitusi impor," ujar Himawan Hariyoga, Kepala Deputi Bidang Promosi Investasi BKPM ketika ditemui di Gedung BKPM, Jakarta, Kamis (12/2).
Dia menyebutkan ke-empat sektor tersebut adalah perluasan industri surfaktan di Dumai, Riau dengan nilai US$ 260 juta. Kemudian juga terdapat perluasan industri otomotif di Bekasi dengan nilai US$ 600 juta dan investasi pembibitan dan pengembangbiakan sapi perah di Jawa Barat dengan nilai investasi mencapai US$ 25,8 juta.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, terdapat juga investasi taman hiburan sebesar US$ 430 juta. Himawan menambahkan, investasi taman hiburan ini sudah diminati sejak tahun kemarin dan tahun ini akan segera dimulai realisasinya.
"Kemarin investornya baru mengkaji daerah-daerah yang kemungkinan bisa dijadikan lokasi theme park, karena kan theme park itu perlu lokasi dengan daya beli tinggi. Akhirnya investor itu memutuskan untuk membangun di Jakarta," tambah Himawan.
Himawan juga menambahkan bahwa investasi ini juga mengajak investor lokal. Namun sayangnya, dia tak nau menyebutkan nama investor Jepang dan mitra lokalnya yang berminat membangun taman hiburan tersebut.
Ke-empat investor lainnya yang belum menyampaikan nilai investasinya antara lain bergerak di sektor kelistrikan di kawasan industri Sei Mangkei, Sumatera Utara serta investasi pembangunan
purified terephtalic acid (PTA) yang kini masih dicari lokasinya.
"Kedepannya kita akan bantu para investor yang sudah menyatakan minat namun memiliki kendala di masalah realisasi karena selama ini investasi Jepang di Indonesia nilainya semakin menurun," tambahnya.
Menurut data BKPM, selama lima tahun terakhir investasi Jepang di Indonesia mencapai US$ 12,1 miliar dimana 90 persennya bergerak di bidang manufaktur. Pada tahun 2014 sendiri, nilai investasi Jepang mencapai US$ 2,7 miliar atau turun sebanyak US$ 2 miliar dari angka US$ 4,7 miliar pada tahun 2013.
Batalkan InvestasiSebelumnya pada 19 Januari 2015 lalu,
Gubernur Japan Bank for International Coorperations (JBIC) Hiroshi Watanabe menyampaikan kepada Wakil Presiden Jusuf Kalla bahwa perusahaan asal negaranya akan membatalkan tiga rencana investasi di Indonesia.
Watanabe menyampaikan pembatalan tiga proyek investasi di Indonesia dikarenakan Jepang memilki skala prioritas pembangunan proyek infrastruktur yang memiliki nilai urgensi yang lebih. "Jepang memiliki daftar proyek investasi, semuanya baik. Namun kami harus mampu membuat skala prioritas yang terbaik dari yang baik tersebut," jelasnya.
Belakangan baru diketahui dua dari tiga proyek infrastruktur yang dibatalkan tersebut adalah proyek
High Speed Railways (HSR) atau kereta cepat Shinkansen rute Jakarta-Surabaya sepanjang 700 kilometer dengan perkiraan investasi Rp 100 triliun.
Proyek kedua yang dibatalkan adalah pembangunan Pelabuhan Cilamaya, Jawa Barat yang bekerjasama dengan investor Jepang dan diperkirakan menelan investasi hingga Rp 34,5 triliun. Setelah itu,
pemerintah menyatakan bahwa kelanjutan pembangunan pelabuhan Cilamaya menunggu investor swasta baru yang berminat. (gen)