Jakarta, CNN Indonesia -- Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) memastikan pemerintah dan Bank Indonesia (BI) tidak akan menggunakan uang negara yang tersimpan sebagai cadangan devisa untuk mengintervensi pelemahan rupiah yang terjadi belakangan ini.
“Kita tidak akan lakukan
spending seperti Eropa, kita itu berbeda dengan mereka yang sedang krisis seperti Yunani. Kalau terus dilonggarkan moneternya, nanti akan inflasi dan lebih berbahaya lagi,” ujar JK di Jakarta, Kamis (12/3).
Ucapan mantan Ketua Umum Partai Golkar tersebut terbukti jika kita melihat terus bertambahnya jumlah cadangan devisa yang dikelola oleh BI. Sampai 27 Februari 2015, jumlah cadangan devisa tercatat sebanyak US$ 115,52 miliar atau bertambah 1,11 persen dibandingkan posisi 30 Januari 2015 sebanyak US$ 114,25 miliar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
JK menilai, apa yang dilakukan pemerintah saat ini sudah tepat sehingga dia memastikan pemerintah tak akan meminta bank sentral untuk menggunakan uang negara tersebut demi memperkuat rupiah.
Menurut JK, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dilatarbelakangi oleh kuatnya sentimen global. Pasalnya, pemerintah dan BI telah mengambil sejumlah strategi di sektor moneter domestik dengan menurunkan suku bunga ke level 7,5 persen.
"Sekarang ekonomi kita sudah termasuk yang longgar, bunga juga sudah diturunin, macam-macam. Jadi efek pelemahan itu dari luar yang paling banyak, sementara dalam negeri juga ada tapi efeknya terhadap ekspor yang menurun (sedangkan) nilainya atau harga juga turun," ujar JK.
JK mengungkapkan, adanya sentimen negatif di pasar global ditandai dengan menguatnya posisi dolar AS terhadap beberapa mata uang di sejumlah negara seperti Indonesia bahkan Euro di Uni Eropa.
Hari ini, rupiah diperdagangkan di level Rp 13.176 per dolar, naik dibandingkan kurs tengah BI kemarin di level Rp 13.164 per dolar.
(gen)