Jakarta, CNN Indonesia -- Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diprediksi berada dalam rentang 13.215-13.200 untuk kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Rabu (18/3), dengan kecenderungan menguat karena level suku bunga acuan (BI rate) yang sesuai ekspektasi.
Head of Research PT NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada mengatakan adanya sentimen dari hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang masih mempertahankan level BI rate sesuai dengan ekspektasi di level 7,5 persen, dan perkiraan bank sentral AS (The Fed) yang masih bersikap
dovish memberikan angin segar pada laju rupiah.
“Di pasar spot global, terjadinya aksi ambil untung terhadap laju dolar AS turut memberikan sentimen positif bagi rupiah,” ujarnya seperti dikutip dari riset, Rabu (18/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Reza menilai, laju rupiah berada di atas target level resisten 13.230. Menurut Reza, sentimen yang ada cukup mampu membuat rupiah bergerak positif. Atas dasar hal itu, pihaknya mengharapkan penguatan ini dapat berlanjut.
Sebelumnya, menjelang putusan hasil pertemuan The Fed, nilai tukar dolar AS (USD) terhadap sejumlah mata uang asing turut terdampak dari keraguan investor. Di perdagangan hari ini, nilai tukar dolar terhadap Euro (EUR) berada pada level 0,7148 hingga 0,9438 atau menurun sekitar 0,26 persen ketimbang pembukaan pagi tadi di level 0,9463.
Sementara dengan mata uang Tiongkpl yakni Renminbi (CNY), posisi dolar diperdagangkan pada level 6,2596 sampai 6,2497, atau menurun 0,2 persen ketimbang pembukaan awal pasar di 6,2596.
Hal itu tak lepas dari negatifnya data penjualan rumah di Amerika Serikat pada Februari 2015 yang hanya mencapai 897.000 unit, atau turun 17 persen ketimbang capaian bulan sebelumnya di angka 1.081.000 unit.
Capaian ini diketahui lebih buruk dari ekspektasi sejumlah analis yang memprediksi angka penurunan penjualan hunian AS di Februari hanya mencapai 2,4 persen menjadi 1.049.000 unit.
Selain data penjualan rumah, melemahnya harga penjualan emas dunia juga disebabkan oleh keraguan investor dalam menyiasati hasil rapat rutin jajaran pimpinan Federal Reserve atau dikenal dengan The Federal Open Market Committee (FOMC) yang akan membahas perkembangan kondisi ekonomi AS.
(gir/gir)