Manajemen Astra Agro Menanti Kejelasan Pungutan CPO Fund

CNN Indonesia
Selasa, 14 Apr 2015 18:48 WIB
Analis First Asia Capital David Sutyanto menilai pemberlakuan CPO fund akan berdampak negatif terhadap arus kas perusahaan kelapa sawit untuk jangka pendek.
(ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan)
Jakarta, CNN Indonesia -- Manajemen PT Astra Agro Lestari Tbk menyatakan masih menunggu realisasi pemberlakuan dana pengembangan kelapa sawit atau CPO Supporting Fund yang saat ini tengah digodok pemerintah. Pasalnya, pemberlakuan CPO Supporting Fund dinilai akan memberi dampak pada kinerja perseroan ke depan.

"Jadi itu masih dibahas pemerintah. Posisi Astra Agro saat ini masih menunggu kejelasan dari kebijakan mengenai CPO fund. Termasuk dengan pungutan US$ 50 per ton untuk produk CPO," ujar Direktur Astra Agro Joko Supriyono di Jakarta, Selasa (14/4).

Sebagai pengingat, beberapa waktu lalu pemerintah melalui Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menyatakan akan menarik setoran sebesar US$ 50 per ton untuk produk CPO yang diekspor begitupun untuk ekspor produk turunan Olein di angka US$ 30 per ton.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pemberlakuan CPO fund ini, rencananya dimaksudkan untuk mengembangkan industri CPO serta menutupi beban pemerintah sewaktu membeli produk olahan kelapa sawit berupa biodiesel.

Berdampak Negatif

Analis First Asia Capital David Sutyanto menilai meski pemberlakuan CPO fund akan memberikan dampak negatif pada arus kas Astra Agro untuk jangka pendek. Namun kebijakan tersebut justru akan berdampak positif bagi anak usaha Grup Astra itu dalam jangka menengah dan panjang. Hal ini tak lepas dari adanya penerapan mandatori biodiesel 15 persen (B15) sebagai campuran bahan bakar minyak (BBM) yang sudah ditetapkan pemerintah beberapa waktu kemarin.

"B15 akan berdampak positif pada permintaan CPO domestik. Kalau permintaan CPO melonjak tentunya harga naik. Saya pikir ini akan memberi dampak positif yang cukup besar," tutur David.

Dari hitungannya, David memprediksi pendapatan Astra Agro 2015 berada di kisaran Rp 18,37 triliun, naik 12,6 persen ketimbang pendapatan 2014 di angka Rp 16,31 triliun. Sementara untuk laba bersih perseroan tahun ini ditaksir mencapai Rp 3,31 triliun naik Rp 810 miliar dibandingkan tahun lalu.

"Berangkat dari hitungan ini target price untuk AALI berada di level 35 ribu per saham dengan PE (price earning) di 14,9 kali sampai 17 kali dari PE sektoral di 15 kali," ungkap David.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER