Jaga Harga Karet, Negara Asean Sepakat Lakukan Sistem Kartel

Elisa Valenta Sari | CNN Indonesia
Rabu, 22 Apr 2015 09:41 WIB
Ini dilakukan untuk menyiasati anjloknya harga karet dunia yang sudah berada di level US$ 1,5 per kilogram.
Pekerja menyadap getah karet di Hutan Karet Singojoyo, Kendal, Jawa Tengah, Kamis (26/2). (ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra)
Jakarta, CNN Indonesia --
Di tengah melemahnya harga komoditas karet dunia, beberapa negara produsen karet di Asia Tenggara termasuk Indonesia, Malaysia dan Thailand bersepakat untuk terus mempererat hubungan dagang dalam International Tripartite Rubber Council (ITRC). Menteri Perdagangan Rachmat Gobel mengatakan, sejatinya ITRC akan menjadi wadah bagi negara-negara anggota di dalam mengatur pasokan serta harga karet dunia.

"Kita harus mengatasi sama-sama mengenai kejatuhan harga karet. Tapi (ITRC) ini bukan bentuk konsorsium," kata Gobel dalam konferensi pers di penutupan World Economic Forum (WEF) di Jakarta, Selasa (21/4).

Gobel mengungkapkan, Vietnam yang sebelumnya belum menjadi anggota ITRC pun telah bersedia untuk bergabung di forum tersebut. Dalam pertemuan bilateral di WEF kemarin, Menteri Pertanian Vietnam Cao Duc Phat diketahui telah menyepakati usulan untuk bekerjasama dalam ITRC. "Saya minta ke Vietnam untuk masuk kedalam ITRC karena kalau (mereka masuk) kan akan cukup besar," katanya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di kesempatan berbeda, Menteri Pertanian Vietnam, Cao Duc Phat mengisyaratkan bahwa negara juga tak menginginkan turunnya harga komoditas karet semakin berlarut lantaran sudah anjlok ke level US$ 1,5 per kilogram. Akan tetapi, Phat bilang pengaturan harga tidak boleh diambil cara dengan menurunkan produksi. "Kami ingin ada efisiensi dalam berproduksi, tapi bukan menurunkan volume produksi karena ini akan sangat sulit bagi pekerja kami," katanya.

Optimalkan Penyerapan Domestik


Menyusul upaya meningkatkan harga jual karet, kata Gobel pemerintah Indonesia berkomitmen untuk meningkatkan serapan karet alam di dalam negeri. Ini mengingat dari total produksi yang mencapai 3,1 juta ton per tahun, serapan karet domestik hanya berkisar 18 persen yang sedianya dimanfaatkan oleh industri lokal.

Pemerintah pun berupaya meningkatkan penyerapan karet alam sebesar 100 ribu ton per tahun yang akan direalisasikan pada tahun 2015 ini. Dengan begitu, total penyerapan karet alam domestik minimal mencapai 700 ribu ton.

"Cara mengatur harga, bisa saja dengan membatasi ekspor atau bisa saja tidak. Jadi masing-masing ada caranya," katanya.
(dim/dim)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER