Ramadan Diharap Tahan Pelemahan Bursa Saham

Giras Pasopati | CNN Indonesia
Senin, 04 Mei 2015 10:26 WIB
Fenomena aksi jual saham pada Mei tersebut diharapkan bisa ditahan dengan adanya momen Ramadan pada kuartal II 2015.
Karyawan mengamati aktivitas perdagangan saham, di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat 21 November 2014. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Ekonom menilai fenomena aksi jual saham pada Mei yang dikenal dengan istilah “Sell in May and Go Away” berpotensi terjadi pada tahun ini. Namun, hal itu diharapkan bisa ditahan dengan adanya momen Ramadan pada kuartal II 2015.

“Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat turun agak dalam karena memang mengkonfirmasi perlambatan ekonomi yang berpotensi masih besar. Namun, jika nanti perlambatan ekonomi memang melambat kemungkinan bisa tertolong pada kuartal II karena momentum Ramadan,” ujar Lana Soelistianingsih, Ekonom Samuel Asset Manajemen kepada CNN Indonesia, Minggu (4/5).

Sepanjang pekan lalu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok sebesar 348,9 poin atau 6,42 persen dan bertengger di level 5.086. Investor asing tercatat melepas 1,28 miliar lembar saham di bursa nasional dalam empat hari menjelang Mei, dengan nilai modal asing yang keluar secara bersih mencapai Rp 7,09 triliun.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat nilai kapitalisasi saham selama periode 27-30 April 2015 sebesar Rp 5.146,75 triliun. Angka tersebut mengalami penurunan drastis dibandingkan kapitalisasi selama periode 20-24 April 2015, yang tercatat sebesar 5.479 triliun. Dengan demikian dalam empat hari terakhir di bulan April, modal yang menguap di bursa saham nasional mencapai Rp 332,25 triliun.

Lana menilai, sebagian investor terutama fund manager di Amerika Serikat memang cenderung berjualan pada bulan Mei. Menuruynya, para fund manager di AS biasanya melakukan liburan pada Juni jika selama kuartal I kinerja para perusahaan dianggap tidak sebaik ekspetktasi.

“Jadi mereka enggak mau punya posisi dagang. Kalau di Indonesia, kemarin saja belum sampai Mei sudah keluar banyak dana asing,” jelasnya.

Menurutnya, para investor pada saat ini memang tengah menunggu data pertumbuhan ekonomi pada kuartal I, khususnya terkait indeks penjualan dan daya beli. Alasannya, lanjut Lana, kebanyakan emiten Indonesia bergerak di bidang usaha hilir yang bergantung dari daya beli.

“Kemarin, perusahaan besar banyak yang di bawah ekspektasi, seperti PT Astra International Tbk dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Saya kira ada kaitan dengan penaikan bahan bakar minyak (BBM) dan pelemahan rupiah sebelumnya,” jelasnya.

Untuk sentimen global, lanjutnya, berasal dari rencana penaikan suku bunga acuan AS (Fed rate). Namun, Lana menilai, meski terdapat sinyal adanya penaikan pada tahun ini, tetapi bakal dilakukan pada akhir tahun, atau malah di awal tahun depan.

“Untuk sementara, saya kira BI rate masih bisa dipertahankan dulu. Tapi memang menjadi sulit ketika kita masih memiliki masalah di neraca transaksi berjalan,” jelasnya.
(gir/gir)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER