Jakarta, CNN Indonesia -- Anggota Dewan Energi Nasional (DEN), Tumiran mendesak PT PLN (Persero) transparan soal besaran proporsi
energy mix. Dengan klaim bahwa PLN telah menekan penggunaan bahan bakar minyak (BBM) sebagai bahan baku pembangkit, Tumiran bilang, harusnya tak perlu menaikan harga jual listrik ke konsumen rumah mewah, mal hingga industri pada Mei 2015.
"Karena mereka selalu menjadikan harga minyak dan inflasi sebagai alasan untuk menaikkan tarif. Memang sekarang proporsi penggunaan
energy mix-nya seperti apa? Apakah minyak masih memiliki dampak yang besar sekali pada BPP (Biaya Pokok Produksi)?" ujarnya saat dihubungi CNN Indonesia, Selasa (5/5).
Selain proporsi
energy mix, tambah Tumiran, manajemen PLN juga harus mampu menekan besaran BPP listrik yang dihasilkan dari pembangkit yang dibangun dalam program percepatan atau Fast Track Program (FTP) I. Dari informasi yang diperolehnya, faktor yang juga menjadikan tarif listrik pelanggan kerap naik dilatarbelakangi oleh tidak efisiensi biaya produksi listrik dari program FTP I dan II.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Harusnya dengan semakin banyak menggunakan batu bara di pembangkit, BPP listrik PLN akan lebih murah karena mampu mereduksi BBM. Tapi ini kenapa malah naik?" ujarnya.
Jika tak ada perbaikan, menurut Tumiran, masyarakat pun akan selalu menjadi korban dari tidak transparannya pengelolaan keuangan khususnya efisiensi di dalam biaya produksi listrik.
"Industri juga akan terbebani karena mereka merupakan salah satu konsumen yang besar. Apa mau terus seperti ini? Apalagi saat ini kondisi ekonomi Indonesia juga sedang melambat," katanya.
Sejak 1 Mei kemarin PLN kembali menaikkan harga jual tarif listrik untuk pelanggan rumah mewah, mal, industri hingga fasilitas kelistrikan pemerintah.
PLN telah menerapkan tariff adjustment yang penentuan harganya didasarkan pada inflasi, harga acuan minyak Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP), dan kurs. Akan tetapi, meski golongan rumah dengan daya 1.300 va (volt ampere) dan 2.200 va juga telah diberlakukan
tariff adjustment, namun tarif pada kedua golongan tersebut tidak naik.
"Saya pastikan tarif rumah tangga untuk 1.300 sampai 2.200 tidak akan naik hingga akhir tahun," kata Direktur Utama PLN Sofyan Basir beberapa waktu lalu.