BI Minta Pemerintah Hati-hati Naikkan Harga Gas dan Listrik

Agust Supriadi | CNN Indonesia
Kamis, 07 Mei 2015 12:28 WIB
Gubernur BI mengingatkan pemerintah untuk berhati-hati dalam menyesuaikan harga komoditas energi lainnya seperti tarif listrik dan elpiji.
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo (dok. CNN Indonesia)
Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) mewaspadai potensi lonjakan inflasi yang timbul dari penyesuaian harga-harga energi yang diatur pemerintah (administered prices). Bank sentral tersebut meminta jajaran pemerintah berhati-hati dalam menyesuaikan harga komoditas energi.

Kendati mengapresiasi kebijakan pengalihan subsidi bahan bakar minyak (BBM), Gubernur BI Agus D.W. Martowardojo mengingatkan pemerintah untuk berhati-hati dalam menyesuaikan harga komoditas energi lainnya seperti tarif listrik dan elpiji agar tidak menambah beban inflasi di masa mendatang.

"Memang inflasi perlu harus diwaspadai. Kami melihat di administered prices, penyesuaian harga BBM memberi manfaat dalam jangka pendek menengah. Tapi kita yakini ada area yang sedang dikaji terkait dengan elpiji, listrik rumah tangga. Ini nanti kalau ada penyesuaian harus dilakukan dengan terencana dan bijaksana sehingga inflasi terjaga di kisaran 4 persen," ujar Agus di Ritz Carlton, Jakarta, Kamis ( 7/5).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mantan Menteri Keuangan itu masih optimistis target inflasi BI sekitar 4 persen plus/minus 1 persen masih dapat tercapai di akhir tahun ini meski ada risiko kenaikan harga bahan pangan jelang puasa dan hari raya.

"Secara khusus waspadai volatile food, pangan ini selalu menjadi tantangan Indonesia," ujarnya.

Lebih lanjut, untuk itu Agus menegaskan pentingnya seluruh pemangku kepentingan untuk menjaga ketersediaan bahan pokok dan kelancaran distribusi barang guna memastikan kewajaran harga.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan terjadinya inflasi pada April 2015 sebesar 0,36 persen menyusul naiknya ongkos transportasi. Apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, inflasi April 2015 tercatat sebesar 6,79 persen, sedangkan secara kumulatif Januari-April terjadi deflasi 0,08 persen.

"Kelompok pengeluaran transportasi mengalami inflasi tertinggi 1,8 persen, dengan andil 0,93 persen akibat dampak kenaikan BBM yang terjadi pada akhir Maret," ujar Kepala BPS Suryamin di kantornya, Senin (4/5).

Menurut Suryamin, dari 72 kota yang survei, sebanyak 10 kota deflasi. Inflasi tertinggi di Kota Tual sebesar 1,31 persen karena beberapa komoditas dan tarif angkutan umum naik. Sementara deflasi tertinggi terjadi di Cilacap, yakni minus 0,02 persen.

Untuk kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mengalami inflasi 0,5 persen dengan andil 0,08 persen. Kenaikan harga gula pasir jadi pendongkrak inflasi kelompok pengeluaran ini. Kemudian kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar inflasi 0,22 persen dengan andil 0,06 persen. Kenaikan harga LPG dan tarif listrik jadi pemicunya.

(ags/gir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER