Jakarta, CNN Indonesia -- Dituding menerima gratifikasi berupa pemakaian jet pribadi dari anak usaha Pertamina, Petral, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said sudah membantah. Meski begitu, Sudirman mengatakan penggunaan pesawat carteran terkait tugas-tugasnya bukanlah yang pertama kali.
Menurutnya, kepergiannya ke Singapura bersama Faisal Basri adalah urusan pertemuan dengan Petral yang menuntutnya harus hadir. Setelah itu, ada urusan dinas di Lhokseumawe yang harus dihadiri yaitu peresmian Blok Arun.
Acara di Lhokseumawe, kata Sudirman, dihadiri oleh Presiden Joko Widodo. Awalnya, Sudirman mengira ada menteri lain yang akan mendampingi Presiden selain Menteri Koordinator bidang Kemaritiman.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ternyata Presiden memintanya hadir dengan cara apapun ke acara Pertamina tersebut. Akhirnya Pertamina sebagai pengundang menyewakan pesawat karena tak ada penerbangan langsung dari Singapura.
“Karena saya harus berangkat jam 03.00, jam segitu ada pesawat reguler enggak dari Singapura ke Lhokseumawe? Makanya carter,” kata Sudirman, di Jakarta, Minggu (31/5).
“Dari bandara Singapura berhenti di Kualanamu (Medan) dan bergabung dengan rombongan ke Jakarta. Makanya saya pulang juga naik Pelita. Saya masih ada fotonya,” katanya lagi.
Sudirman mengatakan, naik pesawat carteran bukan kali pertama baginya. Jadi itu bukan hal yang luar biasa, apalagi jika berkaitan dengan urusan pekerjaan.
Dia menjelaskan penggunaan transportasi adalah fungsional semata. “Menteri rada penting dong waktunya, jadi bagaimana agar semua kegiatan bisa tercapai,” tuturnya.
Menteri Sudirman mengatakan, sehari-hari dia menggunakan berbagai macam transportasi untuk urusan dinas. Di antaranya Toyota Kijang untuk sehari-hari, mobil dinas menteri untuk tugas kenegaraan.
Adapun untuk keperluan dinas ke Bandung dia memakai Kereta Api atau mobil pribadi. Namun, jika harus kembali pada hari yang sama, Menteri Sudirman akan memakai helikopter.
Begitu juga dengan pesawat terbang. Menurut Sudirman, jika penerbangan kurang dari dua atau tiga jam, dia akan memakai kelas ekonomi. Tapi jika lebih dari itu akan memakai kelas bisnis supaya cukup istirahat.
Apabila tempat kunjungan memiliki rute penerbangan reguler, maka Sudirman akan memakai pesawat reguler. Jika tidak ada, maka pengundang akan mempersiapkan transportasi.
“Misalnya kita pernah diundang meninjau proyek di Senoro, kan jalan ke Luwuk harus ke Makassar dan dari sana naik pesawat kecil dan waktu tidak menentu,” kata Sudirman. “Makanya pengundang pakai pesawat carter atau sebagian orang bilang
private jet.”
(ded/ded)