Jakarta, CNN Indonesia -- Ekonom menilai neraca perdagangan Indonesia pada Mei bakal kembali mengalami surplus, meski lebih rendah pada bulan sebelumnya. Ekspor diprediksi naik karena peningkatan harga komoditas, sedangkan kenaikan impor disebabkan oleh periode menjelang bulan puasa.
Leo Rinaldy, Ekonom PT Mandiri Sekuritas mengatakan pihaknya meyakini neraca perdagangan Indonesia mencatatkan surplus beruntun pada Mei sebesar US$ 400 juta, lebih rendah daripada posisi April US$ 454 juta. Meskipun demikian, ekspor diprediksi akan meningkat pada Mei, dan impor akan naik lebih tinggi.
“Kami memprediksi ekspor tumbuh 0,5 persen secara bulanan (turun 11,3 persen dari tahun lalu), sementara impor naik 1 persen dari bulan sebelumnya (turun 13,6 secara tahunan) pada Mei. Ekspor diprediksi naik karena peningkatan harga komoditas, dan kenaikan impor disebabkan oleh periode menjelang Ramadan,” ujarnya dalam riset, dikutip Senin (15/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menilai, transaksi dagang akan membukukan surplus beruntun dalam 6 bulan terakhir, dan kekhawatiran terhadap defisit neraca berjalan (CAD) yang tidak stabil sudah mereda. Leo menyatakan pihaknya memprediksi bank sentral akan menetapkan kembali BI rate pada level yang sama yaitu 7,5 persen dalam rapat dewan gubernur selanjutnya pada 18 Juni 2015.
“Faktor inflasi yang diprediksi akan sekitar 7 persen dalam 2 bulan ke depan dan potensi volatilitas rupiah diprediksi menjadi penyebab tidak diubahnya BI rate tersebut,” ungkapnya.
Lebih lanjut, ia masih menggarisbawahi akan adanya potensi pemangkasan suku bunga Bank Indonesia sebesar 25 bps tahun ini jika tekanan inflasi dan nilai tukar rupiah mulai lebih stabil setelah periode pulan puasa.
(gir/gir)