Jakarta, CNN Indonesia -- Neraca Perdagangan Indonesia (NPI) kembali mencatatkan surplus untuk kelima kalinya secara beruntun sampai Mei 2015 sebesar US$ 950 juta meski nilai ekspor mengalami penyusutan. Secara kumulatif total surplus NPI yang dicatat selama Januari-Mei 2015 adalah sebesar US$ 3,75 miliar.
"Surplus tercipta karena penurunan ekspor diikuti pula dengan penurunan impor. Ini merupakan surplus yang kelima sejak Januari lalu," tutur Suryamin, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) di kantornya, Senin (15/6).
BPS mencatat nilai impor Indonesia pada Mei sebesar US$ 11,61 miliar turun 8,05 persen dibandingkan April. Namun jika dibandingkan nilai impor Mei 2014 yang mencapai US$ 14,77 miliar, impor bulan lalu anjlok 21,4 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara nilai ekspor Mei tercatat turun 4,11 persen dibanding bulan sebelumnya, dengan nilai US$ 12,56 miliar. Apabila dibandingkan dengan Mei 2014, ekspor turun 15,24 persen pada bulan lalu.
Secara kumulatif, impor Januari-Mei mencapai US$ 60,97 miliar atau minus 17,9 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Demikian pula dengan ekspor Januari-Mei turun 11,84 persen menjadi US$ 64,72 miliar.
Suryamin merinci, hingga Mei neraca migas tercatat masih defisit sebesar US$ 1,98 miliar, sedangkan dari sisi nonmigas surplus sebesar US$ 5,7 miliar. Di Asean, neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus US$ 464,7 miliar.
Namun jika dirinci per negara, NPI masih defisit US$ 1,4 miliar dengan Thailand. Begitu pula dengan Uni Eropa, posisi terakhir NPI surplus US $1,5 miliar. Namun dengan Jerman, NPI tercatat defisit US$ 418 juta.
Defisit NPI juga terjadi tehadap Tiongkok sebesar US$ 6,67 miliar, Australia minus US$ 1,04 miliar dan Korea Selatan negatif US$ 501 juta. "Dengan Australia defisit karena ekspor gandum dan sapi meningkat," tutur Suryamin.
(gir/gir)