Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor sawit dan produk turunan minyak sawit (CPO) anjlok 16,42 persen pada Mei 2015 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Penurunan tersebut selaras dengan penurunan harga CPO yang mencapai 26,32 persen sejak Mei 2014.
"Nilai ekspor CPO kenapa agak turun karena harganya turun 0,6 persen terhadap April atau 26,32 persen dibandingkan Mei 2014," jelas Kepala BPS Suryamin di kantornya, Senin (15/6).
Sayangnya Suryamin tidak menyebutkan nilai ekspor riil CPO. Menurutnya, persentase penurunan ekspor CPO yang disebutnya itu mengacu pada nilai ekspor komoditas lemak dan minyak nabati yang sekitar 90 persen didominasi oleh CPO.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada Mei lalu, ekspor komoditas tersebut tercatat US$ 1,57 miliar, turun 17,54 persen dari bulan sebelumnya US$ 1,84 miliar. Secara kumulatif Januari-Mei nilainya mencapai US$7,94 miliar, turun 4,84 persen dari periode yang sama tahun lalu US$ 8,34 miliar.
Kendati harga dan nilai ekspor CPO anjlok, lanjut Suryamin, dari sisi volume justru naik. Pada Mei, volume ekspor CPO berkisar 2 juta ton atau tumbuh sekitar 20,78 persen.
Secara kumulatif, volume ekspor CPO selama periode Januari-Mei mencapai 11,8 juta ton atau tumbuh 21 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu 9,7 juta ton.
Suryamin beharap peningkatan volume ekspor CPO akan berlanjut meski eksportir dibebani pungutan dana pengelolaan industri sawit (CPO
fund). Dia meyakini pengusaha tak akan terganggu meski biaya ekspor komoditas meningkat akibat CPO
fund.
"Apalagi kalau harganya membaik. Saya yakin pengusaha punya hitung-hitungan," katanya.