Bisnis Sewa Pesawat Meredup Seiring Lesunya Harga Komoditas

Safyra Primadhyta | CNN Indonesia
Senin, 13 Jul 2015 15:41 WIB
Perusahaan tambang terpaksa melakukan efisiensi biaya dan salah satunya dengan memutus kontrak dengan maskapai penerbangan.
Ketua Maskapai Tidak Berjadwal INACA Denon Prawiratmadja di Jakarta, Jumat (13/7). (CNN Indonesia/Safyra Primadhyta)
Jakarta, CNN Indonesia -- Indonesia National Air Carriers Association (INACA) memperkirakan tahun ini kinerja maskapai penerbangan tidak berjadwal (charter) akan lebih buruk dibandingkan tahun lalu. Hal itu disebabkan oleh penurunan harga dan permintaan komoditas minyak, gas, dan barang tambang lainnya.

“Saya belum hitung (berapa penurunan) persisnya tapi kalau saya lihat dari beberapa rekan-rekan operator charter semester awal ini saja ada lima kontrak yang di terminate dari perusahaan oil and gas dan tambang,” kata Ketua Maskapai Tidak Berjadwal INACA Denon Prawiratmadja ketika ditemui di Jakarta, Jumat (13/7) malam.

CEO dan pendiri dari PT Whitesky Aviation ini menyebutkan kinerja maskapai charter sempat jaya seiring dengan tingginya harga dan permintaan komoditas tambang. Bahkan kinerja maskapai tak berjadwal sempat tumbuh dua kali lipat dari 2013 ke 2014. Ketika komoditas tersebut anjlok sejak akhir tahun lalu, perusahaan tambang terpaksa melakukan efisiensi biaya dan salah satunya dengan memutus kontrak dengan maskapai.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Denon menilai pelaku usaha penerbangan charter saat ini mulai melakukan diversifikasi usaha, tidak hanya bergantung pada kontrak perusahaan minyak dan pertambangan. Salah satunya dengan merambah usaha penerbangan charter di Papua.

“Sekarang mulai banyak (maskapai charter) yang masuk ke Papua karena di sana market-nya masih kuat dan memang di beberapa daerah membutuhkan jasa transportasi charter terutama untuk logistik,” kata Denon.

Perusahaannya sendiri akan fokus melakukan diversifikasi dengan memberikan layanan transportasi antar kota menggunakan helikopter (heli city transport) untuk bisa mencapai target di semester kedua tahun ini.

Selanjutnya, Denon optimistis ke depan maskapai charter tetap bisa bertahan. Untuk itu, pengusaha pesawat charter harus kreatif dalam mengambil ceruk pasar yang tidak dapat digarap oleh maskapai penerbangan berjadwal.

“Kita mencari ceruk yang tidak bisa dijangkau oleh airlines misalnya (penerbangan) di Papua, medical flight kemudian heli city transport. Kalau kita main yang sama dengan airlines ya airlines sudah menguasai dari mulai pesawat kecil hingga pesawat besar,” tutur Denon. (gen)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER